عَنِ الْمِقْدَامِ بْنِ مَعْدِي كَرِبَ – رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ – عَنِ النَّبِيِّ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ : ” إِذَا أَحَبَّ الرَّجُلُ أَخَاهُ فَلْيُخْبِرْهُ أَنَّهُ يُحِبُّهُ ” رَوَاهُ الترمذي
“Dari Al-Miqdam bin Ma’di Karib – semoga Allah meridhoinya – dari Nabi – صلى الله عليه وسلم – beliau bersabda: ‘Jika seseorang mencintai saudaranya, hendaknya ia memberitahunya bahwa ia mencintainya.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).”
Hadits ini mengajarkan pentingnya mengungkapkan perasaan cinta dan penghargaan terhadap sesama, yang dapat mempererat hubungan dan membangun keakraban.
عَنْ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ اسْتَأْذَنْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْعُمْرَةِ فَأَذِنَ لِي وَقَالَ لَا تَنْسَنَا يَا أُخَيَّ مِنْ دُعَائِكَ فَقَالَ كَلِمَةً مَا يَسُرُّنِي أَنَّ لِي بِهَا الدُّنْيَا. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ
“Dari Umar – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: ‘Aku meminta izin kepada Nabi – صلى الله عليه وسلم – untuk melakukan umrah, dan beliau mengizinkanku. Beliau berkata, “Jangan lupakan kami dalam doamu, wahai saudaraku.” Maka aku mengatakan suatu kata yang tidak ingin aku tukar dengan dunia seisinya.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Dawud).”
Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya doa dalam hubungan antara sesama Muslim. Bahkan dalam konteks yang tampaknya sederhana seperti izin untuk umrah, permintaan doa dari saudara seiman menunjukkan kekuatan ikatan spiritual dan dukungan moral dalam Islam.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – “لَا تَحَاسَدُوا، وَلَا تَنَاجَشُوا، وَلَا تَبَاغَضُوا، وَلَا تَدَابَرُوا، وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إخْوَانًا، الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ، وَلَا يَخْذُلُهُ، وَلَا يَكْذِبُهُ، وَلَا يَحْقِرُهُ، التَّقْوَى هَاهُنَا، وَيُشِيرُ إلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ، بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ: دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ”. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Dari Abu Hurairah – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: Rasulullah – صلى الله عليه وسلم – bersabda: ‘Janganlah kalian saling iri hati, janganlah saling menawar dengan cara yang menipu, janganlah saling membenci, janganlah saling menjauhi, dan janganlah kalian menjual sesuatu dengan cara yang merugikan transaksi orang lain. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya; ia tidak menzaliminya, tidak membiarkannya dalam keadaan tertekan, tidak berdusta kepadanya, dan tidak meremehkannya. Takwa itu ada di sini,’ sambil menunjukkan ke dadanya tiga kali. ‘Cukuplah seseorang dianggap sebagai orang jahat jika ia meremehkan saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim terhadap Muslim lainnya haram: darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim).”
Hadits ini mengajarkan prinsip-prinsip etika sosial dan hubungan antar sesama Muslim, termasuk larangan iri hati, penipuan dalam transaksi, dan sikap saling membenci. Rasulullah – صلى الله عليه وسلم – menekankan pentingnya sikap saling mendukung, menghormati, dan menjaga kehormatan sesama Muslim.
عَنْ أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله ﷺ قال: حق المسلم على المسلم خمس: رد السلام، وعيادة المريض، واتباع الجنائز، وإجابة الدعوة، وتشميت العاطس. متفق عليه،
“Dari Abu Hurairah – semoga Allah meridhoinya – bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Hak seorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima: menjawab salam, mengunjungi orang yang sakit, mengikuti jenazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang yang bersin.’ (Hadits ini disepakati oleh Bukhari dan Muslim).”
Hadits ini menjelaskan beberapa kewajiban sosial dan etika yang harus dipenuhi oleh seorang Muslim terhadap sesama Muslim. Ini termasuk:
- Menjawab Salam: Mengucapkan salam dan menjawab salam merupakan tanda penghormatan dan persaudaraan.
- Mengunjungi Orang Sakit: Menjenguk dan memberikan dukungan kepada orang yang sakit sebagai bentuk kepedulian.
- Mengikuti Jenazah: Menghormati dan menghadiri prosesi pemakaman sebagai bentuk penghormatan terakhir. Memenuhi Undangan: Menghadiri undangan sebagai bentuk menghargai hubungan sosial dan mempererat tali persaudaraan.
- Mendoakan Orang yang Bersin: Menjawab doa ketika seseorang bersin dengan ucapan “Yarhamuk Allah” (semoga Allah merahmatimu) dan menunjukkan kepedulian terhadap kesehatan orang lain.
Hadits ini menekankan pentingnya menjalin hubungan sosial yang baik dan saling mendukung antar sesama Muslim.
عَنْ أنس بن مالك رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم ( ما تحاب رجلان في الله إلا كان أحبهما إلى الله عز و جل أشدهما حبا لصاحبه ). رَوَاهُ البخاري في الأدب المفرد
“Dari Anas bin Malik – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tidaklah dua orang saling mencintai karena Allah, kecuali yang paling dicintai oleh Allah adalah orang yang paling kuat cintanya kepada saudaranya.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad).” Hadits ini mengajarkan bahwa dalam konteks cinta karena Allah, yang paling dicintai oleh Allah adalah mereka yang memiliki cinta yang paling dalam dan kuat terhadap saudaranya. Ini menunjukkan betapa pentingnya dan utamanya cinta yang tulus dan murni dalam hubungan sesama Muslim.
عن أبِي هريرة – رضِي الله عنه – عنِ النَّبيّ – صلَّى الله عليه وسلَّم – أنَّ رجلا زار أخًا له في الله، فأرصد الله له ملَكًا، فقال: أين تُريد؟ قال: أُريد أن أَزور أخِي فلانًا، فقال: لحاجة لك عنده؟ قال: لا، قال: لقرابةٍ بيْنك وبينه؟ قال: لا، قال: فبِنعمة له عندك؟ قال: لا، قال: فبم؟ قال: أحبُّه في الله، قال: فإنَّ الله أرسلني إليْك يُخبرك بأنَّه يحبُّك لحبِّك إيَّاه، وقد أوجب لك الجنَّة. رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Dari Abu Hurairah – semoga Allah meridhoinya – dari Nabi – صلى الله عليه وسلم – bahwa seorang lelaki mengunjungi saudaranya karena Allah. Kemudian Allah mengirimkan seorang malaikat kepadanya dan bertanya: ‘Kemana kamu pergi?’ Lelaki itu menjawab: ‘Aku ingin mengunjungi saudaraku si Fulan.’ Malaikat bertanya: ‘Ada kebutuhan apa yang kamu miliki dengannya?’ Lelaki itu menjawab: ‘Tidak.’ Malaikat bertanya lagi: ‘Ada hubungan keluarga antara kamu dan dia?’ Lelaki itu menjawab: ‘Tidak.’ Malaikat bertanya: ‘Apakah kamu memiliki sesuatu yang kamu syukuri dari dia?’ Lelaki itu menjawab: ‘Tidak.’ Malaikat bertanya lagi: ‘Lalu kenapa?’ Lelaki itu menjawab: ‘Aku mencintainya karena Allah.’ Malaikat berkata: ‘Sesungguhnya Allah mengirimkan aku kepadamu untuk memberitahukan bahwa Allah mencintaimu karena kamu mencintainya, dan Allah telah menetapkan bagimu surga.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim).”
Hadits ini menekankan bahwa cinta yang tulus karena Allah memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi-Nya. Kunjungan yang didorong oleh cinta dan keikhlasan dalam hubungan sesama Muslim, tanpa ada kepentingan duniawi, mendapatkan balasan yang luar biasa dari Allah, yaitu jaminan surga.
عن أبِي هريرة – رضي الله عنه -: ((إنَّ حول العرش منابرَ من نور، عليها قوم لباسُهم نور ووجوههم نور، ليْسوا بأنبِياء ولا شهداء، يغبطهم النبيُّون والشُّهداء)) فقالوا: يا رسول الله، صفْهم لنا، فقال: ((هم المتحابّون في الله، والمتجالِسون في الله، والمتزاوِرون في الله)). أخرجه النَّسائي
“Dari Abu Hurairah – semoga Allah meridhoinya – berkata: ‘Sesungguhnya di sekitar Arsy terdapat mimbar-mimbar dari cahaya, di atasnya ada sekelompok orang yang berpakaian dari cahaya dan wajah mereka juga bercahaya. Mereka bukanlah para nabi atau syuhada, namun para nabi dan syuhada merasa iri kepada mereka.’ Para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, gambarkanlah mereka untuk kami.’ Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, saling duduk bersama karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh An-Nasa’i).”
Hadits ini menggarisbawahi keutamaan orang-orang yang saling mencintai, berkumpul, dan mengunjungi satu sama lain karena Allah. Mereka mendapatkan kehormatan dan kemuliaan yang sangat tinggi di sisi Allah, bahkan di sekitar Arsy, yang menunjukkan betapa mulianya hubungan yang didasarkan pada keikhlasan dan cinta karena Allah.
وعن أَبي موسى الأَشعَرِيِّ رضي الله عنه : أَن النَّبِيَّ ﷺ قَالَ: إِنَّما مثَلُ الجلِيس الصَّالِحِ وَجَلِيسِ السُّوءِ: كَحَامِلِ المِسْكِ، وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحامِلُ المِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ ريحًا طيِّبةً، ونَافِخُ الكِيرِ إِمَّا أَن يَحْرِقَ ثِيابَكَ، وإمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا مُنْتِنَةً .متفقٌ عَلَيهِ.
“Dari Abu Musa Al-Ash’ari – semoga Allah meridhoinya – bahwa Nabi ﷺ bersabda: ‘Perumpamaan teman duduk yang baik dan teman duduk yang buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dan tukang besi. Pembawa minyak wangi bisa jadi memberikanmu minyak wangi, atau kamu bisa membeli darinya, atau setidaknya kamu mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan tukang besi bisa jadi membuat pakaianmu terbakar, atau kamu mendapatkan bau busuk darinya.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).”
Hadits ini menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan pengaruh dari lingkungan sosial terhadap seseorang. Teman yang baik seperti pembawa minyak wangi, memberikan manfaat dan kebaikan. Sementara itu, teman yang buruk seperti tukang besi, dapat memberikan dampak negatif dan merugikan. Hadits ini mengajarkan pentingnya memilih teman yang baik dan menghindari pergaulan dengan orang-orang yang dapat membawa dampak buruk bagi diri kita.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ) أخرجه التِّرْمِذِيُّ
“Dari Abu Hurairah – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Seseorang itu mengikuti agama temannya, maka hendaklah salah seorang dari kalian melihat siapa yang ia jadikan teman dekat.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi).”
Hadits ini menekankan pentingnya memilih teman dekat dengan bijaksana, karena teman dekat dapat mempengaruhi akhlak dan keyakinan seseorang. Teman yang baik dapat menjadi sumber dorongan positif dalam agama dan kehidupan, sementara teman yang buruk dapat memberikan pengaruh negatif.
عن أنس بن مالك رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: «لا يؤمن أحدكم حتى يحب لأخيه ما يحب لنفسه» (رواه البخاري ومسلم)
“Dari Anas bin Malik – semoga Allah meridhoinya – dari Nabi ﷺ bersabda: ‘Tidak beriman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).”
Hadits ini menekankan prinsip empati dan kasih sayang dalam Islam. Untuk mencapai tingkat iman yang sempurna, seseorang harus menginginkan kebaikan dan kebahagiaan untuk saudaranya sebagaimana ia menginginkan hal tersebut untuk dirinya sendiri. Prinsip ini mendorong umat Islam untuk saling mendukung, memperhatikan kebutuhan satu sama lain, dan memperlakukan orang lain dengan cara yang mereka sendiri ingin diperlakukan.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «كل المسلم على المسلم حرام دمه وماله وعرضه» (رواه مسلم).
“Dari Abu Hurairah – semoga Allah meridhoinya – bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Setiap Muslim terhadap Muslim lainnya adalah haram: darahnya, hartanya, dan kehormatannya.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim).”
Hadits ini menegaskan tiga hak dasar yang harus dihormati dalam hubungan antar sesama Muslim, yaitu:
- Darah: Tidak boleh ada tindakan kekerasan atau pembunuhan terhadap sesama Muslim tanpa alasan yang sah menurut hukum Islam.
- Harta: Tidak boleh mengambil atau merampas harta milik orang lain tanpa izin atau tanpa hak.
- Kehormatan: Tidak boleh merendahkan, mencemarkan, atau membicarakan keburukan orang lain tanpa alasan yang benar.
Hadits ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis dan saling menghormati antara sesama Muslim.
عن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «سباب المسلم فسوق، وقتاله كفر» (رواه البخاري ومسلم).
“Dari Abdullah bin Mas’ud – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Mencela seorang Muslim adalah perbuatan dosa, dan berkelahi dengannya adalah kekufuran.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).”
Hadits ini menggarisbawahi dua hal:
- Mencela Seorang Muslim: Mencela atau mengumpat seseorang yang beriman adalah perbuatan dosa dan tidak sesuai dengan etika Islam. Ini menunjukkan pentingnya menjaga lisan dan menghormati sesama Muslim.
- Berkelahi dengan Seorang Muslim: Berkelahi atau berselisih dengan kekerasan terhadap sesama Muslim dianggap sebagai tindakan yang serius dan bisa mengarah pada kekufuran, karena merusak persatuan dan harmoni dalam komunitas Muslim.
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dan penuh rasa hormat antar sesama Muslim serta menghindari perilaku yang dapat merusak ukhuwah Islamiyah.
عن أبي ذرّ الغِفاري رضي الله عنه قال: قال النبي صلى الله عليه وسلم: «لا تحقرن من المعروف شيئًا ولو أن تلقى أخاك بوجه طلق» (رواه مسلم).
“Dari Abu Dzar Al-Ghifari – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Janganlah kamu meremehkan sedikit pun dari kebaikan, meskipun hanya dengan menyapa saudaramu dengan wajah yang cerah.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim).”
Hadits ini mengajarkan pentingnya menghargai setiap bentuk kebaikan, sekecil apa pun itu. Bahkan tindakan yang tampaknya sederhana, seperti menyapa seseorang dengan senyuman atau wajah cerah, merupakan bentuk kebaikan yang memiliki nilai di sisi Allah. Ini menunjukkan bahwa dalam Islam, setiap tindakan positif dan baik, meskipun tampaknya kecil, memiliki nilai dan manfaat.
عن أبي الدّرداء رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ما من مسلم يدعو لأخيه بظهر الغيب إلا قال الملَك: ولك بمثل» (رواه مسلم)
“Dari Abu Darda – semoga Allah meridhoinya – ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa untuk saudaranya tanpa ada di hadapannya (secara diam-diam) kecuali malaikat berkata: ‘Untukmu juga seperti itu.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim).”
Penjelasan:
Hadits ini mengajarkan bahwa ketika seorang Muslim berdoa untuk saudaranya secara diam-diam (tanpa diketahui oleh orang yang didoakan), maka malaikat akan mengaminkan doa tersebut dan juga mendoakan kebaikan yang sama untuk orang yang berdoa tersebut. Ini menunjukkan keutamaan dan manfaat dari berdoa untuk orang lain, serta bagaimana Allah dan malaikat memberikan balasan yang setimpal bagi perbuatan baik tersebut.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «إن الله يقول يوم القيامة: أين المتحابون بجلالي اليوم أظلهم في ظلي يوم لا ظل إلا ظلي» (رواه مسلم).
“Dari Abu Hurairah – semoga Allah meridhoinya – bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Sesungguhnya Allah berfirman pada Hari Kiamat: Di mana orang-orang yang saling mencintai karena kemuliaan-Ku? Hari ini Aku akan menaungi mereka dengan naungan-Ku pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Ku.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim).”
Penjelasan:
Hadits ini mengungkapkan sebuah penghargaan besar dari Allah kepada orang-orang yang saling mencintai dan menjalin hubungan yang baik semata-mata karena Allah. Pada Hari Kiamat, ketika tidak ada tempat perlindungan kecuali naungan Allah, Allah akan memberikan naungan khusus kepada mereka yang saling mencintai karena kemuliaan-Nya. Ini menunjukkan keutamaan dan penghargaan tinggi bagi persaudaraan yang didasarkan pada cinta dan niat yang tulus karena Allah.
عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «لا تدخلوا الجنة حتى تؤمنوا، ولا تؤمنوا حتى تحابوا، أولا أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم؟ أفشوا السلام بينكم» (رواه مسلم).
“Dari Abu Hurairah – semoga Allah meridhoinya – bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kepada kalian sesuatu yang jika kalian lakukan akan membuat kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim).”
Penjelasan:
Hadits ini menekankan pentingnya iman dan persaudaraan dalam Islam. Ada dua poin utama dalam hadits ini:
- Keimanan dan Cinta: Untuk masuk surga, seseorang harus memiliki iman, dan iman yang sesungguhnya tercermin dalam sikap saling mencintai. Keimanan tidak hanya tentang pengakuan dan keyakinan, tetapi juga tentang bagaimana kita berinteraksi dan memperlakukan sesama.
- Menyebarkan Salam: Salah satu cara untuk meningkatkan rasa saling mencintai adalah dengan menyebarkan salam. Memberikan salam kepada orang lain adalah tindakan sederhana namun memiliki dampak besar dalam mempererat hubungan dan menciptakan suasana penuh kasih dan saling menghormati di antara umat Islam.
Hadits ini menunjukkan bahwa tindakan kecil seperti menyebarkan salam memiliki efek yang mendalam dalam membangun persaudaraan dan menciptakan masyarakat yang penuh cinta dan saling menghormati.
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده والمهاجر من هجر ما نهى الله عنه» (رواه البخاري).
“Dari Ibn Umar – semoga Allah meridhoinya – bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Seorang Muslim adalah orang yang selamat dari lisan dan tangannya dari orang-orang Muslim, dan seorang Muhajir (pendatang) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari).”
Penjelasan:
- Definisi Seorang Muslim: Hadits ini menjelaskan bahwa seorang Muslim sejati adalah orang yang tidak membahayakan atau menyakiti orang Muslim lainnya baik dengan perkataan maupun perbuatan. Ini menekankan pentingnya menjaga lisan dari ucapan yang menyakitkan dan tangan dari tindakan yang merugikan terhadap sesama Muslim.
- Definisi Seorang Muhajir: Muhajir dalam konteks hadits ini adalah seseorang yang benar-benar meninggalkan perbuatan yang dilarang oleh Allah. Ini bukan hanya mencakup hijrah secara fisik dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga hijrah secara spiritual dan moral dengan meninggalkan kebiasaan buruk dan dosa.
Hadits ini mengajarkan kita bahwa menjadi seorang Muslim yang baik berarti menjaga hubungan baik dengan sesama dengan tidak menyakiti mereka, dan hijrah yang sebenarnya adalah meninggalkan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Ini menekankan aspek moral dan spiritual dari keimanan yang memerlukan perubahan sikap dan perilaku.
عن ابن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «المسلم أخو المسلم لا يظلمه ولا يسلمه، من كان في حاجة أخيه كان الله في حاجته، ومن فرّج عن مسلم كربة فرج الله عنه بها كربة من كرب يوم القيامة، ومن ستر مسلمًا ستره الله يوم القيامة» (رواه البخاري ومسلم).
“Dari Ibn Umar – semoga Allah meridhoinya – bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: ‘Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya, tidak menzalimi dan tidak menyerahkannya (pada kesulitan). Siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya. Siapa saja yang meringankan kesulitan seorang Muslim, Allah akan meringankan kesulitan darinya pada hari Kiamat. Dan siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari Kiamat.’ (Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).”
Penjelasan:
- Saudara Seiman: Hadits ini menekankan bahwa seorang Muslim harus menjadi saudara bagi sesama Muslim, tidak menyakiti atau menyerahkan mereka pada kesulitan. Ini mencerminkan pentingnya solidaritas, dukungan, dan saling menjaga di antara umat Islam.
- Memenuhi Kebutuhan: Allah berjanji akan memenuhi kebutuhan seseorang yang berusaha memenuhi kebutuhan saudaranya. Ini menunjukkan nilai amal dan bantuan kepada sesama sebagai bagian dari keimanan.
- Meringankan Kesulitan: Membantu meringankan kesulitan orang lain di dunia akan mendapatkan balasan yang setimpal di akhirat, yaitu pengurangan kesulitan di hari Kiamat. Ini menunjukkan betapa pentingnya bantuan dan dukungan terhadap sesama.
- Menutupi Aib: Menutupi aib atau kesalahan orang lain adalah tindakan yang sangat dihargai dalam Islam. Allah akan menutupi aib seseorang yang menutupi aib saudaranya pada hari Kiamat. Ini menekankan pentingnya menjaga kehormatan dan privasi orang lain.
Hadits ini mengajarkan nilai-nilai penting seperti solidaritas, kemurahan hati, dan perlunya menjaga kehormatan orang lain. Ini mendorong umat Islam untuk aktif dalam membantu sesama dan menjaga hubungan baik dengan penuh kasih sayang dan tanggung jawab.
عن أبي موسى رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «المؤمن للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضًا» (رواه البخاري ومسلم).
Dari Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya adalah seperti sebuah bangunan, yang saling menguatkan satu sama lain.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menggambarkan betapa pentingnya solidaritas dan dukungan antar sesama umat Islam, di mana mereka saling membantu dan memperkuat satu sama lain seperti struktur bangunan yang kokoh.
عن النعمان بن بشير رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «ترى المؤمنين في تراحمهم وتوادهم وتعاطفهم، كمثل الجسد، إذا اشتكى عضوا تداعى له سائر جسده بالسهر والحمى» (رواه البخاري ومسلم)
Dari An-Nu’man bin Bashir Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian akan melihat orang-orang yang beriman dalam hal saling kasih sayang, saling mencintai, dan saling peduli, seperti satu tubuh. Jika salah satu anggotanya sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan dampaknya dengan tidak bisa tidur dan demam.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits ini menggambarkan kekuatan persaudaraan dan empati di antara sesama umat Islam, di mana penderitaan atau kesulitan yang dialami oleh salah satu anggota komunitas akan dirasakan dan direspon oleh yang lainnya seolah-olah mereka adalah satu kesatuan tubuh.
عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: «من أحب أن يُبسط له في رزقه، ويُنسأ له في أثره؛ فليصل رحمه» (رواه البخاري ومسلم).
Dari Anas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, hendaklah ia menyambung tali silaturahmi.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits ini mengajarkan bahwa menyambung silaturahmi atau hubungan baik dengan keluarga dan kerabat memiliki manfaat besar, termasuk memperluas rezeki dan memperpanjang umur seseorang.
عن سلمان الفارسي رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه و سلم قال : ( إن المسلم إذا لقي أخاه المسلم فأخذ بيده تحاتت عنه ما ذنوبهما كما تتحات الورق من الشجرة اليابسة في يوم ريح عاصف وإلا غفر لهما ولو كانت ذنوبهما مثل زبد البحر. رواه الطبراني
Dari Salman al-Farisi Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang Muslim jika bertemu dengan saudaranya sesama Muslim dan menggenggam tangannya, maka akan gugur dosa-dosa mereka berdua sebagaimana daun-daun yang gugur dari pohon yang kering pada hari yang berangin kencang. Bahkan jika dosa-dosa mereka sebanyak buih di lautan, akan diampuni.” (Diriwayatkan oleh al-Thabrani).
Hadits ini menunjukkan betapa besar manfaat dari saling bertegur sapa dan berjabat tangan dalam Islam, di mana tindakan sederhana ini dapat menghapus dosa dan mendapatkan ampunan dari Allah.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللَّهِ نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنْ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا. رواه الترمذي
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, akan dipanggil oleh seorang penjaga: ‘Semoga engkau diberi kesehatan, dan jalanmu pun baik, serta engkau telah menempati tempat di surga.'” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi).
Hadits ini menjelaskan bahwa kunjungan kepada orang sakit atau kunjungan yang dilakukan untuk alasan agama akan mendapatkan penghargaan yang besar dari Allah, termasuk doa-doa kebaikan dan tempat yang baik di surga.
ـ عن عبد الله بن عباس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (من ستر عورة أخيه المسلم ستر الله عورته يوم القيامة، ومن كشف عورة أخيه المسلم كشف الله عورته، حتى يفضحه بها في بيته) رواه ابن ماجه
“Barangsiapa yang menutupi aib saudaranya sesama Muslim, Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang membuka aib saudaranya sesama Muslim, Allah akan membuka aibnya, hingga Dia menampakkannya di dalam rumahnya sendiri.” (Diriwayatkan oleh Ibn Majah).
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga dan menutupi aib serta kesalahan orang lain. Menutupi aib orang lain akan mendapatkan perlindungan dari Allah, sementara membuka aib orang lain akan mengakibatkan aib itu terbuka pada hari kiamat.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَخُونُهُ وَلَا يَكْذِبُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ عِرْضُهُ وَمَالُهُ وَدَمُهُ التَّقْوَى هَا هُنَا بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْتَقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ. رواه الترمذي
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak boleh mengkhianati, berbohong, atau menelantarkannya. Seluruh kehormatan, harta, dan darah seorang Muslim adalah haram bagi Muslim lainnya. Ketakwaan ada di sini” (seraya menunjuk ke dadanya). “Sangat buruk bagi seseorang jika ia meremehkan saudaranya yang Muslim.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi).
Hadits ini menekankan pentingnya menghormati dan menjaga hak-hak sesama Muslim. Dalam hubungan sesama Muslim, pengkhianatan, kebohongan, dan penelantaran tidak dibenarkan. Semua aspek dari kehidupan seorang Muslim—kehormatan, harta, dan darah—harus dihormati dan dijaga. Meremehkan atau menganggap rendah saudara sesama Muslim adalah tindakan yang sangat tercela.
عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ رضي الله عنه قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَدْعُو لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ إِلَّا قَالَ الْمَلَكُ وَلَكَ بِمِثْلٍ. رواه مسلم
Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba Muslim berdoa untuk saudaranya tanpa sepengetahuan saudaranya tersebut, kecuali para malaikat akan berkata: ‘Dan untukmu juga yang serupa.'” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Hadits ini menunjukkan keutamaan berdoa untuk kebaikan saudara sesama Muslim, bahkan jika doa tersebut dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Allah akan membalas doa tersebut dengan kebaikan yang serupa kepada orang yang mendoakannya.
عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ فَيُعْرِضُ هَذَا وَيُعْرِضُ هَذَا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ. رواه مسلم
“Tidak halal bagi seorang Muslim untuk menghindari saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu dan salah satu dari mereka berpaling, sedangkan yang lainnya juga berpaling. Sebaik-baiknya di antara mereka adalah yang terlebih dahulu menyapa dengan salam.” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Hadits ini menekankan pentingnya menjaga hubungan baik antar sesama Muslim. Menghindari atau memutuskan hubungan lebih dari tiga hari tidak diperbolehkan, dan di antara mereka yang terlibat dalam perselisihan, yang terbaik adalah yang pertama kali menyapa dengan salam untuk memperbaiki keadaan.
عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ رضي الله عنه قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا فَرَغَ مِنْ دَفْنِ الْمَيِّتِ وَقَفَ عَلَيْهِ فَقَالَ اسْتَغْفِرُوا لِأَخِيكُمْ وَسَلُوا لَهُ بِالتَّثْبِيتِ فَإِنَّهُ الْآنَ يُسْأَلُ. رواه أبو داود
Dari Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selesai dari menguburkan jenazah dan berdiri di atasnya, beliau berkata: ‘Mintalah ampun untuk saudara kalian dan mohonkan untuknya keteguhan, karena saat ini ia sedang diperiksa.'” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
Hadits ini menunjukkan pentingnya mendoakan dan meminta ampunan untuk orang yang telah meninggal setelah proses penguburan selesai. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk memohon agar Allah memberikan keteguhan kepada jenazah dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan di kubur.
عَنْ أَبِي نَضْرَةَ حَدَّثَنِي مَنْ سَمِعَ خُطْبَةَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي وَسَطِ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَلَا إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِدٌ وَإِنَّ أَبَاكُمْ وَاحِدٌ أَلَا لَا فَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى أَعْجَمِيٍّ وَلَا لِعَجَمِيٍّ عَلَى عَرَبِيٍّ وَلَا لِأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَدَ وَلَا أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلَّا بِالتَّقْوَى أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ يَوْمٍ هَذَا قَالُوا يَوْمٌ حَرَامٌ ثُمَّ قَالَ أَيُّ شَهْرٍ هَذَا قَالُوا شَهْرٌ حَرَامٌ قَالَ ثُمَّ قَالَ أَيُّ بَلَدٍ هَذَا قَالُوا بَلَدٌ حَرَامٌ قَالَ فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ حَرَّمَ بَيْنَكُمْ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ قَالَ وَلَا أَدْرِي قَالَ أَوْ أَعْرَاضَكُمْ أَمْ لَا كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَبَلَّغْتُ قَالُوا بَلَّغَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ. رواه احمد
Dari Abu Nadrah, ia mengabarkan kepada saya dari seseorang yang mendengar khutbah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari-hari tasyriq (hari-hari terakhir Idul Adha). Rasulullah bersabda: “Wahai manusia, sesungguhnya Tuhan kalian adalah satu dan ayah kalian juga satu. Ingatlah, tidak ada kelebihan bagi orang Arab atas non-Arab, dan tidak ada kelebihan bagi non-Arab atas orang Arab. Tidak ada kelebihan bagi yang merah (Caucasoid) atas yang hitam (Afrika), dan tidak ada kelebihan bagi yang hitam atas yang merah, kecuali dengan takwa. Apakah aku sudah menyampaikan (pesan ini)? Mereka menjawab: ‘Ya, Rasulullah, Anda telah menyampaikan.’ Kemudian beliau bertanya: ‘Hari ini hari apa?’ Mereka menjawab: ‘Hari yang haram (suci).’ Beliau bertanya lagi: ‘Bulan ini bulan apa?’ Mereka menjawab: ‘Bulan yang haram (suci).’ Beliau bertanya: ‘Negeri ini negeri apa?’ Mereka menjawab: ‘Negeri yang haram (suci).’ Beliau bersabda: ‘Maka sesungguhnya Allah telah mengharamkan darah-darah kalian, harta-harta kalian, dan aku tidak tahu apakah juga kehormatan kalian, seperti keharaman hari ini dalam bulan kalian ini di negeri kalian ini. Apakah aku sudah menyampaikan (pesan ini)?’ Mereka menjawab: ‘Ya, Rasulullah, Anda telah menyampaikan.’ Beliau bersabda: ‘Hendaklah yang hadir menyampaikan kepada yang tidak hadir.'” (Diriwayatkan oleh Ahmad).
Hadits ini menekankan prinsip kesetaraan di dalam Islam dan mengingatkan tentang keharaman melanggar kehormatan, darah, dan harta sesama Muslim, sebagaimana halnya hari, bulan, dan tempat tersebut adalah suci. Selain itu, hadits ini juga menekankan pentingnya menyebarkan pesan kebaikan kepada orang lain.
عن أبي موسى الأشعري رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قال: سمع النبي صلى الله عليه وسلم رجلاً يثني على رجل ويطريه في المدحة فقال: «أهلكتم أو قطعتم ظهر الرجل» (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ).
Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seorang pria memuji dan memuji seseorang secara berlebihan. Beliau bersabda: “Kalian telah menghancurkan atau merobek punggung orang tersebut.” (Muttafaqun ‘alayh).
Hadits ini mengingatkan tentang bahaya pujian yang berlebihan. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan bahwa memuji seseorang secara berlebihan dapat membawa akibat negatif, seperti menyebabkan orang tersebut menjadi sombong atau terluka oleh pujian yang tidak sesuai dengan kenyataan. Pujian yang berlebihan bisa merusak, sehingga penting untuk memuji dengan cara yang wajar dan sesuai.
وعن أبي بكرة رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أن رجلاً ذكر عند النبي صلى الله عليه وسلم فأثنى عليه رجل خيراً فقال النبي صلى الله عليه وسلم: «ويحك! قطعت عنق صاحبك..» -يقوله مراراً- «إن كان أحدكم مادحاً لا محالة فليقل: أحسب كذا وكذا إن كان يُرى أنه كذلك، وحسيبه اللَّه ولا يزكى على اللَّه أحد» (مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ)
Dari Abu Bakrah Radhiyallahu ‘anhu, bahwa seorang pria disebut-sebut di hadapan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang laki-laki memuji pria tersebut. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Celakalah engkau! Engkau telah memotong leher temanmu…” – beliau mengulanginya beberapa kali – “Jika salah seorang di antara kalian terpaksa harus memuji, maka katakanlah: ‘Aku mengira dia seperti ini dan ini, jika memang dia dianggap demikian. Dan hanya Allah yang mengetahui hakikatnya, tidak ada yang bisa memuji di hadapan Allah.'” (Muttafaqun ‘alayh).
Hadits ini menegaskan pentingnya berhati-hati dalam memberikan pujian. Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan bahwa pujian yang berlebihan dapat merugikan orang yang dipuji dan merusak hubungan. Beliau menyarankan agar ketika harus memuji, seseorang sebaiknya hanya menyatakan pendapatnya berdasarkan pengamatan dan tidak mengklaim penilaian absolut, karena hanya Allah yang mengetahui hakikat sebenarnya dari setiap individu.
عن أبي الدرداء رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (من ردَّ عن عِرْض أخيه، كان له حجابا من النار) رواه الترمذي
Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya, maka akan menjadi pelindung baginya dari api neraka.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi).
Hadits ini menunjukkan keutamaan membela dan menjaga kehormatan orang lain. Membela kehormatan sesama Muslim, baik dengan kata-kata maupun tindakan, akan mendapatkan perlindungan dari Allah dari siksa api neraka.
عن جابر بن عبد الله رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: (ما مِن امرئٍ يخذل مسلماً في موطنٍ يُنتَقَصُ فيه من عِرضِه، ويُنتهَكُ فيه من حُرمته، إلا خذله اللهُ في موطنٍ يحب فيه نُصرتَه، وما مِن امرئٍ ينصر مسلماً في موطنٍ يُنتقَصُ فيه من عِرضِه، ويُنتهَكُ فيه من حُرمته، إلا نصره اللهُ في موطنٍ يحبُّ فيه نُصرته) رواه أبو داود
Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah seseorang menelantarkan seorang Muslim di tempat di mana kehormatannya direndahkan dan hak-haknya dilanggar, kecuali Allah akan menelantarkannya di tempat di mana ia sangat membutuhkan pertolongan-Nya. Dan tidaklah seseorang membela seorang Muslim di tempat di mana kehormatannya direndahkan dan hak-haknya dilanggar, kecuali Allah akan membantunya di tempat di mana ia sangat membutuhkan pertolongan-Nya.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
Hadits ini menekankan pentingnya membela dan mendukung sesama Muslim, terutama ketika mereka mengalami penindasan atau pelanggaran terhadap hak-hak mereka. Membela orang lain dalam situasi tersebut akan mendapatkan balasan dari Allah berupa pertolongan di saat-saat yang diperlukan. Sebaliknya, menelantarkan mereka dalam situasi tersebut akan mengakibatkan kehilangan pertolongan Allah di saat-saat yang kritis.
عنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ شِمَاسَةَ أَنَّهُ سَمِعَ عُقْبَةَ بْنَ عَامِرٍ عَلَى الْمِنْبَرِ يَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ فَلَا يَحِلُّ لِلْمُؤْمِنِ أَنْ يَبْتَاعَ عَلَى بَيْعِ أَخِيهِ وَلَا يَخْطُبَ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيهِ حَتَّى يَذَرَ. رواه مسلم
Dari Abdul Rahman bin Shamasah, ia mendengar Uqbah bin Amir di atas mimbar mengatakan: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya. Tidak halal bagi seorang mukmin untuk membeli sesuatu yang telah dibeli oleh saudaranya (tanpa izin) dan tidak halal untuk melamar seseorang yang telah dilamar oleh saudaranya (tanpa izin), hingga saudaranya (yang pertama) meninggalkannya.'” (Diriwayatkan oleh Muslim).
Hadits ini menekankan pentingnya menghormati hak dan urusan orang lain dalam transaksi jual beli dan lamaran. Seorang Muslim tidak boleh melakukan transaksi atau melamar seseorang yang sudah ada di tangan orang lain tanpa izin atau tanpa menunggu keputusan dari orang yang pertama. Hal ini untuk menjaga kehormatan dan hubungan baik di antara sesama Muslim.
عن أبي هريرة ـ رضي الله عنه ـ قال: ( سئل رسول الله ـ صلى الله عليه وسلم ـ: أي الأعمال أفضل؟ قال: أن تدخل على أخيك المؤمن سروراً، أو تقضي له ديناً، أو تطعمه خبزاً ) رواه البيهقي
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya: ‘Amal apakah yang terbaik?’ Beliau menjawab: ‘Membawa kebahagiaan kepada saudara mukminmu, atau membayar utangnya, atau memberinya makanan berupa roti.'” (Diriwayatkan oleh al-Baihaqi).
Hadits ini menunjukkan bahwa ada beberapa amal baik yang sangat dianjurkan dalam Islam. Membawa kebahagiaan kepada saudara sesama Muslim, membantu mereka dengan membayar utangnya, dan memberi mereka makanan adalah amal yang sangat bernilai dan dicintai oleh Allah.
عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُؤْمِنُ مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ يَكُفُّ عَلَيْهِ ضَيْعَتَهُ وَيَحُوطُهُ مِنْ وَرَائِهِ. رواه أبو داود
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin lainnya, dan seorang mukmin adalah saudara bagi mukmin lainnya. Ia menjaga harta saudaranya dan melindunginya dari belakang.” (Diriwayatkan oleh Abu Dawud).
Hadits ini menggambarkan dua aspek penting dari hubungan antar sesama Muslim. Pertama, sebagai cermin, seorang mukmin seharusnya dapat membantu saudaranya dengan memberikan nasihat yang konstruktif dan umpan balik yang bermanfaat. Kedua, sebagai saudara, seorang mukmin harus menjaga dan melindungi saudaranya, termasuk dalam hal harta dan keamanan, memastikan tidak ada yang mengancam atau merugikannya.
عن أبي هريرة: المسلم من سلم الناس من لسانه ويده، والمؤمن من أمنه الناس على دمائهم وأموالهم . رواه الترمذي
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Seorang Muslim adalah orang yang selamat dari gangguan lisan dan tangannya, sementara seorang Mukmin adalah orang yang dipercaya oleh orang lain dalam hal darah dan harta mereka.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi).
Hadits ini menguraikan dua kualitas penting dari seorang Muslim dan Mukmin. Seorang Muslim sejati adalah orang yang tidak menyakiti orang lain baik dengan kata-kata maupun tindakan. Sementara itu, seorang Mukmin adalah orang yang dapat dipercaya dan dianggap aman oleh orang lain dalam hal-hal yang sangat penting seperti nyawa dan harta. Ini menunjukkan pentingnya keamanan dan kepercayaan dalam hubungan antar sesama Muslim.
عن أبي هريرة – رضي الله عنه – قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” إذا دخل أحدكم على أخيه المسلم , فأطعمه من طعامه , فليأكل ولا يسأل عنه , وإن سقاه من شرابه , فليشرب ولا يسأل عنه ” رواه أحمد
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian masuk ke rumah saudaranya yang Muslim dan diberi makan dari makanannya, maka hendaklah ia makan tanpa bertanya lebih lanjut tentangnya. Jika diberi minum dari minumannya, maka hendaklah ia minum tanpa bertanya lebih lanjut tentangnya.” (Diriwayatkan oleh Ahmad).
Hadits ini mengajarkan adab dalam menerima tamu atau berkunjung ke rumah orang lain. Ketika seseorang diundang dan disajikan makanan atau minuman, sebaiknya ia menerima tawaran tersebut dengan penuh rasa syukur dan tidak bertanya mengenai rincian atau asal-usul makanan dan minuman tersebut. Ini mencerminkan sikap kesopanan dan kepercayaan terhadap tuan rumah.
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: المُؤمِنُ الَّذي يُخالِطُ النَّاسَ ويصبِرُ على أذاهم أعظم أجرا مِن المُؤمِنِ الَّذي لا يُخالِطُ النَّاسَ ولا يصبِرُ على أذاهم. رواه ابن ماجه
Dari Ibn Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Mukmin yang bergaul dengan orang-orang dan bersabar atas gangguan mereka memiliki pahala yang lebih besar daripada mukmin yang tidak bergaul dengan orang-orang dan tidak bersabar atas gangguan mereka.” (Diriwayatkan oleh Ibn Majah).
Hadits ini menggarisbawahi pentingnya bersabar dalam berinteraksi dengan orang lain. Seorang mukmin yang aktif bergaul dengan masyarakat dan bersabar terhadap berbagai bentuk gangguan atau kesulitan dalam interaksi sosialnya akan mendapatkan pahala yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang menghindari interaksi sosial dan tidak menghadapi tantangan tersebut. Ini menunjukkan bahwa kesabaran dalam menghadapi tantangan sosial adalah nilai yang sangat dihargai dalam Islam.
عن ابن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إذا جاء أحدكم إلى مجلس فأوسع له فليجلس فإنها كرامة أكرمه الله بها وأخوه المسلم فإن لم يوسع له فلينظر أوسع موضع فليجلس فيه. رواه الخطيب
Dari Ibn Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Jika salah seorang di antara kalian masuk ke sebuah majelis, maka hendaklah ia memberikan ruang bagi orang yang datang dan memberi tempat duduk. Jika tidak ada ruang yang cukup, maka carilah tempat yang paling luas dan duduklah di situ. Ini adalah bentuk penghormatan yang diberikan oleh Allah kepada saudaranya yang Muslim.” (Diriwayatkan oleh al-Khatib).
Hadits ini menekankan adab dalam majelis atau pertemuan sosial. Ketika seseorang memasuki suatu majelis atau pertemuan, adalah baik untuk memberikan ruang dan memberi tempat duduk kepada mereka, sebagai bentuk penghormatan dan keramahan. Jika tidak memungkinkan untuk memberikan ruang tambahan, carilah tempat duduk yang paling sesuai yang tersedia. Ini mencerminkan pentingnya memperlakukan orang lain dengan hormat dan keramahan dalam interaksi sosial.
عَنْ أَبِي مُوسَى -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ- عَن النَّبِيِّ -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: “مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ؛ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً”. رواه البخاري ومسلم
Dari Abu Musa Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Perumpamaan teman duduk yang baik dan buruk adalah seperti pembawa minyak wangi dan penjual besi. Pembawa minyak wangi, mungkin ia akan memberimu, atau kamu bisa membeli darinya, atau kamu akan merasakan aroma wangi darinya. Sedangkan penjual besi, mungkin ia akan membakar pakaianmu, atau kamu akan merasakan bau yang tidak sedap darinya.” (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits ini mengilustrasikan pentingnya memilih teman yang baik. Teman yang baik (seperti pembawa minyak wangi) akan memberikan manfaat, baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan kesan yang positif. Sebaliknya, teman yang buruk (seperti penjual besi) bisa membawa dampak negatif, baik dengan cara langsung maupun melalui pengaruhnya yang tidak menyenangkan. Ini menekankan nilai memilih teman yang baik dalam kehidupan kita.