Noble Character: Tawakal

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada tantangan dan ketidakpastian yang membuat kita merasa cemas dan khawatir. Namun, ada satu sikap mulia yang bisa membantu kita menghadapi semua ini dengan tenang dan penuh kepercayaan, yaitu tawakal.

Tawakal bukanlah sekadar menyerah tanpa usaha, melainkan menyatukan keyakinan penuh kepada Allah dengan tindakan nyata dan usaha yang maksimal. Ini adalah keseimbangan antara mengerjakan apa yang bisa kita lakukan dan percaya bahwa hasil akhirnya adalah keputusan Allah.

🔹 Apa itu Tawakal? Tawakal berarti berserah diri kepada Allah setelah melakukan usaha yang terbaik. Ini adalah sikap yang menunjukkan kepercayaan dan ketergantungan kita pada Allah dalam segala hal yang kita lakukan.

🔹 Mengapa Tawakal itu Penting?

  1. Memberikan Ketenangan: Tawakal membantu kita merasa tenang dan yakin bahwa Allah akan memberikan yang terbaik, meskipun kita tidak selalu tahu hasilnya.
  2. Mendorong Usaha: Dengan tawakal, kita tidak meninggalkan usaha, tetapi sebaliknya, kita berusaha sebaik mungkin dengan penuh keyakinan kepada Allah.
  3. Mencapai Keseimbangan: Tawakal mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam kecemasan berlebihan dan tetap fokus pada usaha kita.

🔹 Contoh dalam Kehidupan Sehari-hari:

  • Perjalanan Hidup: Seperti dalam hadits tentang orang-orang Yaman yang berhaji tanpa bekal, kita diajarkan untuk membawa bekal dan berusaha sebelum bertawakal.
  • Pekerjaan dan Studi: Berikan yang terbaik dalam pekerjaan atau studi kita, dan percayakan hasilnya kepada Allah. Usaha dan tawakal adalah kunci kesuksesan.

🔹 Inspirasi dari Al-Qur’an: Allah berfirman dalam Al-Qur’an: “Dan bawalah bekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 197). Ini mengingatkan kita untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, sambil tetap berserah diri kepada Allah.

Mari kita jadikan tawakal sebagai bagian dari karakter kita, memadukan usaha yang keras dengan kepercayaan penuh kepada Allah. Dengan begitu, kita dapat menghadapi setiap tantangan hidup dengan hati yang tenang dan penuh harapan.

 

🔹 Inspirasi dari Hadits :

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Dari Umar bin Khattab, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung. Burung itu keluar pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang.”

Penjelasan Hadits:

1.Tawakal yang sebenar-benarnya: Hadits ini menekankan pentingnya tawakal atau berserah diri kepada Allah dengan sepenuh hati. Tawakal yang sebenar-benarnya berarti mempercayakan segala sesuatu kepada Allah sambil tetap berusaha dengan semaksimal mungkin.

2.Contoh burung: Burung digunakan sebagai contoh karena ia memperlihatkan bagaimana keyakinan dan usaha akan membuahkan hasil. Burung meninggalkan sarangnya pagi hari dalam keadaan lapar dan mendapatkan makanan sepanjang hari sehingga pulang dalam keadaan kenyang.

3.Makna “keluar pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang”: Ini menggambarkan kepercayaan bahwa dengan tawakal dan usaha, Allah akan memberikan rezeki yang cukup dan mencukupi.

Hadits ini mengajarkan kepada kita bahwa dengan tawakal yang tulus dan usaha yang maksimal, Allah akan menyediakan rezeki seperti yang dijanjikan-Nya, dan kita seharusnya memiliki keyakinan dan kepercayaan yang kuat kepada-Nya.

عنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ قَالُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ هُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَلَا يَكْتَوُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Dari Imran bin Husain, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Akan masuk surga dari umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab.” Para sahabat bertanya, “Siapakah mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah (penyembuhan dengan bacaan), tidak beranggapan buruk (terhadap nasib), dan tidak berbekam (secara tradisional), dan mereka bertawakal sepenuhnya kepada Tuhan mereka.”

Penjelasan Hadits:

  1. Masuk surga tanpa hisab: Hadits ini menyebutkan bahwa ada sekelompok orang dari umat Nabi Muhammad ﷺ yang akan masuk surga tanpa harus melalui proses hisab (perhitungan amal).
  2. Ciri-ciri kelompok tersebut:
  • Tidak meminta diruqyah: Mereka tidak meminta penyembuhan atau perlindungan dengan cara-cara yang biasanya dilakukan melalui bacaan atau doa dari orang lain, melainkan mengandalkan Allah sepenuhnya.
  • Tidak beranggapan buruk: Mereka tidak percaya pada takdir yang buruk atau malapetaka, tetapi tetap memiliki keyakinan positif dan berserah diri pada Allah.
  • Tidak berbekam: Mereka tidak menggunakan metode pengobatan tradisional seperti bekam sebagai cara untuk menyembuhkan penyakit, melainkan lebih mengandalkan tawakal kepada Allah.
  • Tawakal: Mereka memiliki tawakal yang tinggi, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dalam segala hal.

Pesan Hadits:

Hadits ini mengajarkan pentingnya tawakal kepada Allah dan tidak terlalu bergantung pada cara-cara duniawi untuk penyembuhan atau perlindungan. Ini menekankan kepercayaan penuh kepada Allah dalam setiap aspek kehidupan.

عَنْ أنَس بْن مَالِكٍ يَقُولُ: قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَعْقِلُهَا وَأَتَوَكَّلُ أَوْ أُطْلِقُهَا وَأَتَوَكَّلُ قَالَ اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ

Dari Anas bin Malik, dia berkata: Seorang lelaki berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku harus mengikatnya dan bertawakal atau melepaskannya dan bertawakal?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Ikatlah dia dan bertawakal.”

Penjelasan Hadits:

  • Pertanyaan Lelaki: Lelaki tersebut bertanya tentang apakah dia harus mengikat unta (atau kendaraan) dan kemudian bertawakal kepada Allah, ataukah melepaskannya dan hanya bertawakal kepada Allah.
  • Jawaban Rasulullah ﷺ: Rasulullah ﷺ menyarankan untuk mengikat unta terlebih dahulu sebagai tindakan usaha, kemudian bertawakal kepada Allah. Ini menunjukkan pentingnya menggabungkan usaha dengan tawakal.

Pesan Hadits:

  • Usaha dan Tawakal: Hadits ini mengajarkan bahwa dalam melakukan sesuatu, kita harus terlebih dahulu melakukan usaha atau langkah-langkah yang diperlukan, dan setelah itu bertawakal atau berserah diri kepada Allah. Tawakal bukan berarti meninggalkan usaha, tetapi melakukan usaha yang diperlukan dan kemudian menyerahkan hasilnya kepada Allah.
  • Praktis dan Realistis: Islam mengajarkan bahwa bertawakal harus disertai dengan tindakan yang praktis dan realistis. Mengabaikan usaha dan hanya mengandalkan tawakal tidak sesuai dengan prinsip Islam. Dengan kata lain, hadits ini menekankan bahwa keberhasilan melibatkan kombinasi antara usaha yang nyata dan tawakal yang tulus kepada Allah.

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ أَهْلُ الْيَمَنِ يَحُجُّونَ وَلَا يَتَزَوَّدُونَ وَيَقُولُونَ نَحْنُ الْمُتَوَكِّلُونَ فَإِذَا قَدِمُوا مَكَّةَ سَأَلُوا النَّاسَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى { وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى }

Dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما, dia berkata: “Orang-orang Yaman dahulu berhaji tanpa membawa bekal, sambil mengatakan, ‘Kami adalah orang-orang yang bertawakal.’ Namun, ketika mereka tiba di Mekkah, mereka meminta-minta kepada orang lain. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan ayat, ‘Dan bawalah bekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.’ (Q.S. Al-Baqarah: 197).”

Penjelasan Hadits:

  1. Kebiasaan Orang-orang Yaman: Orang-orang Yaman pada masa lalu melakukan perjalanan haji tanpa membawa bekal dengan alasan bahwa mereka sepenuhnya bertawakal kepada Allah. Mereka percaya bahwa tawakal berarti tidak perlu mempersiapkan bekal untuk perjalanan mereka.
  2. Kenyataan di Mekkah: Ketika mereka tiba di Mekkah, mereka merasa kesulitan dan harus meminta bantuan dari orang lain karena mereka tidak membawa bekal. Ini menunjukkan bahwa mereka tidak mempraktikkan tawakal dengan benar.
  3. Penurunan Ayat: Allah menurunkan ayat yang mengajarkan bahwa membawa bekal dalam perjalanan adalah bagian dari usaha yang harus dilakukan. Ayat tersebut adalah: “Dan bawalah bekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 197). Ayat ini menggarisbawahi pentingnya mempersiapkan bekal atau usaha yang diperlukan dalam setiap perjalanan, termasuk ibadah haji.

Pesan Hadits:

  • Gabungan antara Usaha dan Tawakal: Hadits ini menekankan bahwa tawakal kepada Allah harus disertai dengan usaha dan persiapan yang diperlukan. Tawakal tidak berarti mengabaikan usaha yang realistis, tetapi melibatkan kombinasi antara usaha dan kepercayaan penuh kepada Allah.
  • Prinsip Keseimbangan: Mengabaikan persiapan dan hanya bergantung pada tawakal adalah bentuk kesalahpahaman tentang tawakal. Islam mengajarkan bahwa kita harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan kita, sambil tetap berserah diri kepada Allah.

Dengan kata lain, hadits ini mengajarkan pentingnya keseimbangan antara usaha yang dilakukan dan tawakal kepada Allah, serta memahami bahwa persiapan adalah bagian dari tawakal itu sendiri.

Semoga postingan ini dapat menginspirasi dan membantu orang lain memahami dan menerapkan konsep tawakal dalam kehidupan mereka!