Rasulullah ﷺ bersabda:
“Jika kebaikanmu membuatmu senang dan keburukanmu membuatmu sedih, maka kamu adalah seorang mukmin.”
(HR. Adh-Dhiya’)
Apa Artinya?
Hadits ini memberikan kita tolak ukur sederhana untuk mengevaluasi tingkat keimanan kita. Saat kita merasa senang setelah berbuat kebaikan dan merasa sedih atau menyesal setelah melakukan kesalahan, itu adalah tanda bahwa iman kita masih hidup. Ini menunjukkan bahwa hati kita masih sensitif terhadap apa yang benar dan salah, dan itu adalah salah satu ciri utama seorang mukmin sejati.
Mengapa Ini Penting?
Perasaan senang ketika berbuat kebaikan adalah tanda bahwa hati kita condong pada kebenaran. Sebaliknya, rasa gelisah atau sedih setelah melakukan dosa adalah alarm dari hati kita untuk kembali ke jalan yang benar. Inilah kepekaan yang perlu dipelihara oleh setiap orang beriman, karena hati yang peka terhadap dosa adalah tanda bahwa iman masih berfungsi sebagai kompas moral dalam hidup kita.
Cara Mempraktikkan dalam Kehidupan Sehari-hari:
- Refleksi Diri Setiap Hari
Luangkan waktu beberapa menit sebelum tidur untuk merenungkan hari yang sudah dilalui. Tanyakan pada diri sendiri: Apakah hari ini saya merasa senang karena telah melakukan kebaikan? Adakah sesuatu yang saya sesali karena melakukan kesalahan? Dengan refleksi harian ini, kita bisa terus memperbaiki diri dan menjadi lebih baik setiap harinya. - Jadikan Hati sebagai Penuntun
Gunakan perasaanmu setelah berbuat baik atau buruk sebagai panduan untuk menentukan langkah selanjutnya. Ketika kita merasa puas karena kebaikan, lanjutkan! Jika kita merasa bersalah karena dosa, segera bertobat dan berusaha memperbaiki diri. Ini adalah cara Allah mengingatkan kita untuk selalu berada di jalan yang benar. - Bangun Kepekaan Iman
Teruslah lakukan kebaikan sekecil apa pun, dan rasakan kebahagiaan yang datang setelahnya. Setiap perbuatan baik yang dilakukan dengan ikhlas akan menguatkan iman kita dan membuat kita lebih peka terhadap dosa dan kesalahan.
Kesimpulan
Seorang mukmin sejati akan selalu merasa senang ketika berbuat baik dan merasa sedih ketika melakukan kesalahan. Inilah tanda bahwa iman masih hidup di hati kita. Mari kita jadikan hadits ini sebagai pengingat untuk selalu introspeksi diri dan terus memperbaiki diri. Jangan pernah ragu untuk melakukan kebaikan dan menjauhi keburukan, karena itulah yang membuat kita semakin dekat dengan Allah dan menjadikan kita mukmin yang lebih baik.