Entrepreneur Teladan: Hakim bin Hizam — Kaya Sejak Jahiliyah, Mulia Karena Islam

Pedagang Sukses Sejak Sebelum Islam

Hakim bin Hizam adalah keponakan dari Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah ﷺ. Ia dikenal sebagai pengusaha sukses jauh sebelum datangnya Islam. Hakim memulai usahanya di Makkah sebagai pedagang tekstil, parfum, dan barang-barang dagangan dari Syam dan Yaman.

Ia menjalankan bisnis dengan kejujuran dan kepercayaan, bahkan disegani di kalangan Quraisy.


Masuk Islam di Hari Penaklukan Makkah

Hakim baru masuk Islam saat Fathu Makkah, namun setelah itu ia benar-benar berubah — bukan hanya sebagai muallaf, tetapi juga menjadi sahabat yang paling dermawan dan lurus hatinya.

Ia berkata kepada Nabi ﷺ:
“Wahai Rasulullah, aku dulu biasa berinfak dan menyambung silaturahmi di masa jahiliyah, apakah aku masih mendapatkan pahalanya?”
Rasulullah ﷺ menjawab:
“Engkau akan mendapatkan pahala dua kali: karena niat baikmu di masa jahiliyah dan karena keislamanmu sekarang.”
(HR. Bukhari)


Kaya Tapi Tak Tamak

Setelah memeluk Islam, Hakim tetap menjalankan bisnis, namun tidak pernah lagi meminta kepada siapa pun, bahkan kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ pernah memberinya harta, lalu berkata:

“Wahai Hakim, sesungguhnya harta ini indah dan manis. Siapa yang mengambilnya dengan lapang dada, akan diberkahi. Tapi siapa yang tamak, tidak akan pernah cukup.”

Hakim langsung berkomitmen:
“Aku tak akan pernah meminta harta dari siapa pun lagi setelah hari ini.”
Dan ia menepatinya, sampai wafatnya.


Pelajaran Bisnis dari Hakim bin Hizam:

  1. Bisnis halal dan jujur bisa berjalan bahkan sebelum datangnya Islam, tapi akan lebih berkah jika dijalankan dengan keimanan.

  2. Tidak tamak meski diberi kesempatan — menolak bantuan bukan karena sombong, tapi karena punya harga diri.

  3. Sukses finansial bukan penghalang untuk rendah hati dan dermawan.

  4. Gunakan kekayaan untuk silaturahmi dan kebaikan, bukan hanya memperkaya diri sendiri.


Inspirasi Masa Kini

Hakim bin Hizam bisa menjadi panutan bagi para entrepreneur zaman sekarang:

“Bisnis boleh besar, tapi hati tetap bersih. Kekayaan boleh melimpah, tapi akhlak tetap utama.”