Dalam sejarah Islam, ketika nama-nama pahlawan disebut, seringkali kita membayangkan para lelaki gagah.
Tapi di tengah medan Perang Uhud, ada satu perempuan yang berdiri gagah di garis depan – bahkan ketika banyak sahabat laki-laki terpukul mundur.
Dialah Nusaibah binti Ka’ab, atau lebih dikenal sebagai Ummu ‘Imarah.
Dari Merawat Pasukan, Beralih Mengangkat Pedang
Awalnya, Nusaibah datang ke Uhud untuk mengobati prajurit yang terluka dan memberi minum.
Tapi ketika pasukan Muslim terpukul, dan keselamatan Nabi ﷺ terancam…
Nusaibah meletakkan kendi airnya, dan meraih pedang serta tameng.
Ia berdiri melingkupi tubuh Rasulullah, menangkis serangan demi serangan.
Rasulullah bersabda:
“Setiap kali aku menoleh ke kanan atau ke kiri, aku melihat Nusaibah bertarung melindungiku.”
Luka Demi Luka Tak Menghentikannya
Dalam peristiwa itu, Nusaibah mengalami lebih dari 10 luka serius.
Satu tebasan mengenai lehernya, hampir membuatnya syahid. Tapi ia bertahan.
Bahkan dua anaknya ikut bertempur bersamanya.
Satu dari sedikit perempuan yang langsung dijuluki Rasulullah ﷺ sebagai:
“Perisai Rasulullah di Uhud.”
Nilai Keteladanan dari Nusaibah binti Ka’ab
Keberanian dan keteguhan dalam membela kebenaran
Kesetaraan dalam kontribusi, meski sebagai perempuan
Pengorbanan tak bersyarat demi Islam dan Rasulullah
“Bela kebenaran, di mana pun posisimu. Di dapur, di kelas, di lapangan, atau bahkan di garis depan.”
Nusaibah bukan hanya simbol keberanian, tapi juga pengingat bahwa perempuan memiliki tempat terhormat dalam perjuangan Islam.
Dalam dunia hari ini, kita mungkin tidak mengangkat pedang.
Tapi kita bisa membela nilai kebenaran, menjaga akhlak, dan menjadi tameng bagi generasi dari keburukan zaman.