NOBLE CHARACTER : BERSYUKUR

Dalam perjalanan hidup, salah satu sifat yang paling mulia dan terpuji adalah kemampuan untuk bersyukur. Praktik bersyukur tidak hanya memperkaya hidup kita sendiri, tetapi juga memperkuat hubungan kita dengan orang lain dan mendalamkan hubungan kita dengan Tuhan. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dampak mendalam dari rasa syukur terhadap karakter dan mengapa ini dianggap sebagai ciri khas kebesaran.

Memahami Rasa Syukur: Sifat Mulia

Rasa syukur lebih dari sekadar respons sopan terhadap menerima bantuan atau hadiah; ini adalah penghargaan mendalam terhadap berkah dan kebaikan yang kita alami setiap hari. Sifat mulia ini tercermin dalam berbagai ajaran dan contoh dari kehidupan individu dan pemimpin spiritual yang dihormati.

Ajaran Rasa Syukur

Dalam ajaran Nabi Muhammad SAW, rasa syukur memegang tempat yang sangat penting. Beliau mencontohkan hal ini dalam kehidupan beliau sendiri dan mendorong pengikutnya untuk mengadopsi semangat yang sama. Misalnya, dikisahkan bahwa setiap kali Nabi menerima kabar baik atau mengalami kegembiraan, beliau akan bersujud sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah. Sujud ini bukan hanya merupakan isyarat fisik tetapi juga ekspresi mendalam dari terima kasih dan pengakuan terhadap nikmat ilahi.

Dalam sebuah hadis yang terkenal, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Orang yang makan dan bersyukur seperti orang yang berpuasa dan bersabar.”
— Abu Hurairah

Hadis ini menyoroti bahwa tindakan bersyukur atas apa yang kita miliki—baik dalam masa kelimpahan maupun kekurangan—menempatkan kita pada posisi kebajikan yang setara dengan ibadah dan kesabaran.

Karakter Mulia dari Bersyukur

Untuk mewujudkan karakter mulia melalui rasa syukur melibatkan lebih dari sekadar ungkapan terima kasih secara verbal. Ini memerlukan pengakuan yang tulus terhadap berkah dalam hidup kita dan pengakuan rendah hati akan ketergantungan kita pada orang lain dan pada Allah. Berikut adalah beberapa cara praktis untuk mengembangkan dan mengungkapkan rasa syukur:

  1. Refleksi Harian: Luangkan waktu setiap hari untuk merenungkan berkah yang Anda miliki. Apakah itu kesehatan, keluarga, teman, atau kebutuhan sehari-hari, mengakui berkah ini membantu menumbuhkan rasa penghargaan.

  2. Ungkapkan Terima Kasih: Jangan biarkan kesempatan untuk menunjukkan rasa syukur berlalu begitu saja. Apakah itu mengucapkan terima kasih kepada seseorang atas kebaikannya atau mengungkapkan penghargaan dalam doa Anda, beri tahu orang lain bahwa Anda menghargai kontribusi mereka.

  3. Kembangkan Kesabaran dan Kerendahan Hati: Pahami bahwa setiap tantangan adalah kesempatan untuk berlatih kesabaran dan kerendahan hati. Dengan bersyukur bahkan dalam masa sulit, Anda memperkuat karakter mulia Anda.

  4. Bagikan Berkah Anda: Salah satu bentuk tertinggi dari rasa syukur adalah membagikan berkah Anda kepada mereka yang membutuhkan. Tindakan amal dan dukungan kepada orang lain adalah cerminan dari penghargaan Anda atas apa yang telah Anda terima.

Praktik Rasa Syukur

Ketika kita mengadopsi rasa syukur sebagai elemen inti dari karakter kita, hal ini mengubah interaksi dan perspektif kita. Ini membantu kita menghadapi suka dan duka kehidupan dengan anggun dan mempertahankan pandangan yang seimbang tentang pencapaian dan kekurangan kita.

Dengan mengadopsi pola pikir bersyukur, kita tidak hanya meningkatkan karakter kita sendiri tetapi juga menginspirasi orang-orang di sekitar kita. Rasa syukur menciptakan lingkungan yang positif, mendorong kemurahan hati, dan memperkuat ikatan komunitas. Ini adalah cara sederhana namun mendalam untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual dan sosial kita.

Beberapa Hadits Yang Menjelaskan Tentang Bersyukur :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ

“Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: ‘Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia.'”

Hadis ini mengajarkan bahwa menghargai dan berterima kasih kepada orang lain adalah bagian penting dari bersyukur kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa hubungan sosial dan sikap berterima kasih kepada orang di sekitar kita juga merupakan aspek dari keimanan dan pengabdian kepada Tuhan.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ غَنَّامٍ الْبَيَاضِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ حِينَ يُصْبِحُ اللَّهُمَّ مَا أَصْبَحَ بِي مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنْكَ وَحْدَكَ لَا شَرِيكَ لَكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ يَوْمِهِ وَمَنْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ يُمْسِي فَقَدْ أَدَّى شُكْرَ لَيْلَتِهِ

“Dari Abdullah bin Ghannam al-Bayadi, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang mengucapkan di pagi hari, ‘Ya Allah, segala nikmat yang aku rasakan di pagi ini adalah dari-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu. Hanya bagi-Mu pujian dan syukur,’ maka dia telah menunaikan syukur untuk harinya. Dan barangsiapa yang mengucapkan hal yang sama di malam hari, maka dia telah menunaikan syukur untuk malamnya.'”

Hadis ini mengajarkan pentingnya mengucapkan doa syukur pada pagi dan malam hari sebagai bentuk penghargaan dan terima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan. Ini juga menunjukkan betapa pentingnya menjaga ucapan syukur secara konsisten dalam kehidupan sehari-hari.

عَنْ الْمُغِيرَة يَقُولُ قَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى تَوَرَّمَتْ قَدَمَاهُ فَقِيلَ لَهُ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا

“Dari al-Mughirah, ia mengatakan: ‘Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri hingga telapak kaki beliau membengkak. Lalu dikatakan kepada beliau, “Semoga Allah mengampuni dosa-dosa yang telah berlalu dan yang akan datang dari dirimu.” Beliau menjawab, “Tidakkah aku ingin menjadi hamba yang bersyukur?”‘”

Hadis ini menunjukkan betapa besarnya ketulusan dan rasa syukur Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Allah, meskipun beliau telah dijanjikan ampunan oleh Allah. Ketika beliau berdiri untuk beribadah hingga kakinya membengkak, beliau menunjukkan sikap rendah hati dan kesadaran akan pentingnya syukur kepada Allah sebagai bagian dari penghambaan dan ketundukan kepada-Nya.

عنْ أَنَسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَى عَبْدٍ نِعْمَةً فَقَالَ الْحَمْدُ لِلَّهِ إِلَّا كَانَ الَّذِي أَعْطَاهُ أَفْضَلَ مِمَّا أَخَذَ

“Dari Anas, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Tidaklah Allah memberikan suatu nikmat kepada seorang hamba, lalu ia mengucapkan “Alhamdulillah” (Segala puji bagi Allah), melainkan apa yang diberikan oleh Allah kepadanya adalah lebih baik daripada apa yang diambilnya.'”

Hadis ini mengajarkan bahwa mengucapkan pujian dan syukur kepada Allah ketika menerima nikmat atau berkah menjadikan nikmat tersebut lebih berharga. Artinya, dengan mengucapkan “Alhamdulillah,” seseorang menunjukkan rasa syukur yang mendalam dan meningkatkan nilai dari nikmat yang diterimanya.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنْ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

“Dari Anas bin Malik, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sesungguhnya Allah ridha terhadap hamba-Nya ketika dia makan satu suapan makanan atau minum satu teguk minuman, lalu ia memuji-Nya (mengucapkan syukur) atas itu.'”

Hadis ini menunjukkan bahwa Allah merasa puas dan ridha ketika seorang hamba bersyukur atas nikmat makanan dan minuman yang diterimanya. Mengucapkan pujian dan syukur kepada Allah setelah menikmati makanan atau minuman adalah bentuk pengakuan atas karunia-Nya dan merupakan tindakan yang sangat dihargai di sisi Allah.

عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلَا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لَا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ

“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Perhatikanlah kepada orang yang berada di bawah kalian (dalam hal keadaan dan kekayaan), dan janganlah kalian melihat orang yang berada di atas kalian (dalam hal keadaan dan kekayaan), karena itu lebih pantas agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah.'”

Hadis ini mengajarkan pentingnya bersyukur atas nikmat yang kita miliki dan tidak membandingkan diri dengan orang yang berada di posisi lebih baik secara materi atau sosial. Dengan melihat kepada orang yang kurang beruntung, kita akan lebih menghargai nikmat yang diberikan oleh Allah dan menghindari sikap merasa kurang puas atau meremehkan karunia-Nya.

عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ مِحْصَنٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِي جَسَدِهِ آمِنًا فِي سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا

“Dari Ubaidullah bin Mihsan al-Ansari, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa di antara kalian yang bangun di pagi hari dalam keadaan sehat jasmani, aman dalam keluarganya, dan memiliki makanan yang cukup untuk hari itu, maka seolah-olah dia telah mendapatkan seluruh dunia.'”

Hadis ini mengajarkan tentang pentingnya bersyukur atas tiga nikmat besar: kesehatan tubuh, keamanan dalam keluarga, dan kecukupan makanan sehari-hari. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan bahwa memiliki ketiga hal tersebut adalah anugerah yang sangat berharga, setara dengan mendapatkan seluruh dunia. Ini mengingatkan kita untuk menghargai dan bersyukur atas nikmat-nikmat yang sering kali dianggap biasa.

عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ كَانَ إِذَا جَاءَهُ أَمْرُ سُرُورٍ أَوْ بُشِّرَ بِهِ خَرَّ سَاجِدًا شَاكِرًا لِلَّهِ

“Dari Abu Bakrah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mendapatkan kabar gembira atau berita baik, beliau langsung sujud sebagai bentuk syukur kepada Allah.”

Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengekspresikan rasa syukurnya kepada Allah dengan melakukan sujud ketika menerima berita baik atau mengalami kegembiraan. Sujud syukur ini adalah bentuk ibadah yang menunjukkan betapa pentingnya rasa syukur dan pengakuan atas karunia Allah dalam hidup kita.

عنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَوَّلَ مَا يُسْأَلُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَعْنِي الْعَبْدَ مِنْ النَّعِيمِ أَنْ يُقَالَ لَهُ أَلَمْ نُصِحَّ لَكَ جِسْمَكَ وَنُرْوِيَكَ مِنْ الْمَاءِ الْبَارِدِ 

“Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Hal pertama yang akan ditanya tentang nikmat pada hari kiamat, yaitu ketika seorang hamba ditanya, “Bukankah Kami telah menjadikan tubuhmu sehat dan Kami telah memberimu air yang dingin?”‘”

Hadis ini menunjukkan bahwa pada hari kiamat, salah satu hal pertama yang akan ditanyakan oleh Allah kepada hamba-Nya adalah tentang nikmat kesehatan tubuh dan kecukupan air. Ini menggarisbawahi pentingnya bersyukur atas nikmat-nikmat yang sering dianggap sepele, seperti kesehatan dan air, yang merupakan karunia besar dari Allah.

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صُنِعَ إِلَيْهِ مَعْرُوفٌ فَقَالَ لِفَاعِلِهِ جَزَاكَ اللَّهُ خَيْرًا فَقَدْ أَبْلَغَ فِي الثَّنَاءِ

“Dari Usamah bin Zaid, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan dari seseorang, kemudian ia berkata kepada pelakunya, “Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan,” maka dia telah melakukan pujian yang sangat baik.'”

Hadis ini mengajarkan bahwa mengucapkan doa baik seperti “Jazakallahu khairan” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) kepada seseorang yang telah berbuat kebaikan adalah bentuk pujian dan penghargaan yang tepat dan sangat dianjurkan. Ini mencerminkan rasa syukur dan pengakuan atas kebaikan yang telah diterima.

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ عَرَضَ عَلَيَّ رَبِّي لِيَجْعَلَ لِي بَطْحَاءَ مَكَّةَ ذَهَبًا قُلْتُ لَا يَا رَبِّ وَلَكِنْ أَشْبَعُ يَوْمًا وَأَجُوعُ يَوْمًا وَقَالَ ثَلَاثًا أَوْ نَحْوَ هَذَا فَإِذَا جُعْتُ تَضَرَّعْتُ إِلَيْكَ وَذَكَرْتُكَ وَإِذَا شَبِعْتُ شَكَرْتُكَ وَحَمِدْتُكَ

“Dari Abu Umamah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Rabb-ku menawarkan kepadaku untuk menjadikan seluruh lembah Makkah sebagai emas. Aku berkata, “Tidak, ya Rabb.” Namun, aku lebih suka jika aku kenyang pada satu hari dan lapar pada hari lainnya — dan beliau menyebutkan hal yang semacam itu sebanyak tiga kali — sehingga ketika aku lapar, aku berdoa dan mengingat-Mu, dan ketika aku kenyang, aku bersyukur dan memuji-Mu.'” Hadis ini menunjukkan sikap Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang penuh kesederhanaan dan keinginan untuk tetap dalam keadaan yang memungkinkan beliau untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah melalui doa dan syukur. Beliau memilih kehidupan yang sederhana, di mana kelaparan mengingatkan beliau untuk berdoa dan merasa lebih dekat kepada Allah, sementara kenyang memotivasi beliau untuk bersyukur dan memuji-Nya.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ الطَّاعِمُ الشَّاكِرُ بِمَنْزِلَةِ الصَّائِمِ الصَّابِرِ

“Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Orang yang makan dan bersyukur memiliki kedudukan yang setara dengan orang yang berpuasa dan bersabar.'”

Hadis ini menunjukkan bahwa orang yang menikmati makanan dengan penuh rasa syukur memiliki kedudukan yang tinggi, mirip dengan orang yang berpuasa dan bersabar. Ini mengajarkan kita bahwa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah adalah sangat berharga dan dihargai di sisi-Nya, sama seperti kesabaran dan ibadah seperti puasa.

Kesimpulan

Rasa syukur adalah kualitas mulia yang memiliki dampak mendalam dalam membentuk karakter kita. Lebih dari sekadar ungkapan terima kasih, rasa syukur merupakan penghargaan tulus terhadap berkah dan kebaikan yang kita alami setiap hari. Ajaran Nabi Muhammad SAW menegaskan pentingnya rasa syukur sebagai bentuk ibadah dan pengakuan terhadap nikmat ilahi, menunjukkan bahwa bersyukur tidak hanya memperkaya hidup kita tetapi juga mendekatkan kita kepada Tuhan.

Untuk mewujudkan karakter mulia melalui rasa syukur, kita perlu melakukan lebih dari sekadar mengucapkan terima kasih. Ini melibatkan refleksi harian atas berkah, ungkapan terima kasih kepada orang lain, pengembangan kesabaran dan kerendahan hati, serta membagikan berkah kita kepada mereka yang membutuhkan.

Dengan mengintegrasikan rasa syukur dalam kehidupan kita, kita tidak hanya meningkatkan karakter kita sendiri tetapi juga menciptakan dampak positif di sekitar kita. Rasa syukur membantu kita menghadapi suka dan duka dengan anggun, memperkuat ikatan komunitas, dan menciptakan lingkungan yang lebih positif. Ini adalah cara sederhana namun mendalam untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual dan sosial kita.

Mari kita terus mengadopsi dan mengamalkan rasa syukur, menjadikannya sebagai bagian integral dari karakter kita, dan membagikan dampak positif tersebut kepada dunia di sekitar kita.


“Rasa syukur adalah kunci kebahagiaan yang membuka pintu-pintu kepuasan. Dalam setiap hari, carilah hal yang membuatmu bersyukur, dan hidupmu akan dipenuhi dengan kedamaian.”