Indahnya Tawadhu’ (Rendah Hati) dalam Islam

Menjadikan Sikap Rendah Hati Sebagai Kunci Kehidupan Bahagia

Rasulullah ﷺ bersabda:
“وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ”
“Tidaklah seseorang bersikap rendah hati karena Allah, melainkan Allah akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim)

Apa Itu Tawadhu’?

Tawadhu’ adalah sikap yang membuat seseorang merasa rendah diri di hadapan Allah dan tidak merasa lebih baik dari orang lain. Bukan berarti merendahkan diri secara berlebihan, tetapi menyadari bahwa semua kelebihan yang kita miliki adalah anugerah dari Allah, bukan hasil usaha semata.

Sikap ini adalah inti dari keindahan akhlak seorang Muslim. Tawadhu’ bukan hanya menahan diri dari kesombongan, tetapi juga melibatkan penghormatan kepada orang lain, empati, dan keinginan untuk selalu belajar.


Mengapa Tawadhu’ Itu Penting?

  1. Dicintai Allah dan Sesama
    Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa Allah mencintai orang yang bersikap rendah hati. Sikap ini juga membuat kita disukai oleh orang lain karena tawadhu’ menunjukkan bahwa kita menghargai dan menerima orang apa adanya.

  2. Jauh dari Kesombongan
    Kesombongan adalah penyakit hati yang sering kali tidak disadari. Dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:
    “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim)
    Tawadhu’ adalah perisai yang melindungi kita dari sifat buruk ini.

  3. Meningkatkan Derajat di Dunia dan Akhirat
    Allah berjanji untuk meninggikan derajat orang yang rendah hati. Orang yang tawadhu’ akan dihormati, baik oleh manusia di dunia maupun di sisi Allah di akhirat.

  4. Mendamaikan Hati
    Ketika kita bersikap tawadhu’, kita tidak akan merasa iri terhadap orang lain. Sebaliknya, kita akan merasa cukup dengan apa yang Allah berikan, sehingga hati menjadi lebih damai dan tentram.


Rasulullah ﷺ, Teladan Tawadhu’

Tidak ada sosok yang lebih mulia daripada Rasulullah ﷺ, tetapi beliau adalah contoh terbaik dalam tawadhu’. Beberapa contoh sikap rendah hati Rasulullah:

  • Makan Bersama Budak
    Rasulullah ﷺ tidak pernah memandang rendah orang lain. Beliau sering makan bersama para budak dan kaum miskin, tanpa merasa gengsi.

  • Memperbaiki Sandal Sendiri
    Meski beliau adalah pemimpin umat, Rasulullah ﷺ sering menjahit pakaian dan memperbaiki sandalnya sendiri. Ini menunjukkan bahwa beliau tidak pernah merasa terlalu tinggi untuk melakukan pekerjaan sederhana.

  • Berbicara dengan Penuh Hormat
    Rasulullah ﷺ selalu berbicara dengan sopan, tidak pernah memotong pembicaraan orang lain, dan mendengarkan dengan perhatian penuh, baik kepada anak kecil maupun orang dewasa.


Bagaimana Kita Bisa Belajar Tawadhu’?

  1. Sadari Bahwa Semua yang Kita Miliki Adalah Titipan
    Jangan pernah merasa bahwa kelebihan yang kita miliki adalah hasil usaha semata. Segala sesuatu, termasuk ilmu, harta, dan kedudukan, adalah amanah dari Allah.

  2. Belajar Mendengar
    Terkadang, kita terlalu sibuk berbicara sehingga lupa mendengarkan orang lain. Bersikap tawadhu’ berarti mau mendengar, bahkan kepada mereka yang mungkin berbeda pendapat dengan kita.

  3. Hormati Semua Orang
    Jangan memandang seseorang dari status atau penampilannya. Hargai setiap orang karena nilai seseorang di sisi Allah bukanlah karena harta atau rupa, melainkan karena ketakwaannya.

  4. Hindari Kebiasaan Pamer
    Jika kita memiliki kelebihan, baik itu prestasi, harta, atau pengetahuan, tahan diri untuk tidak memamerkannya. Sebaliknya, gunakan kelebihan itu untuk membantu orang lain.


Keindahan Tawadhu’ dalam Kehidupan Sehari-Hari

Bayangkan dunia di mana setiap orang bersikap rendah hati. Tidak ada yang merasa lebih unggul dari yang lain, tidak ada yang menyombongkan diri, dan setiap orang saling menghormati. Hidup menjadi lebih damai, dan hubungan antarmanusia semakin erat.

Ketika kita bersikap tawadhu’, kita membuka pintu untuk menerima keberkahan. Tidak ada rasa iri, tidak ada perasaan lebih baik dari yang lain, hanya ada keikhlasan untuk menjalani hidup sesuai dengan ridha Allah.


Mari Mulai Hari Ini!
Jadikan tawadhu’ sebagai prinsip hidup kita. Mulailah dengan menghormati orang-orang di sekitar, bersikap ramah, dan menghindari kesombongan. Karena sejatinya, tawadhu’ bukanlah kelemahan, melainkan kekuatan yang memuliakan.

“Jika ingin melihat betapa berharganya tawadhu’, lihatlah Rasulullah ﷺ. Beliau adalah manusia paling mulia, tetapi juga yang paling rendah hati.”

Sikap tawadhu’ adalah jalan menuju kemuliaan, baik di dunia maupun akhirat. Yuk, praktikkan mulai sekarang!