Khadijah binti Khuwailid: Inspirasi Wirausaha Muslimah Sepanjang Zaman

Di balik kesuksesan dakwah Nabi Muhammad ﷺ, berdiri sosok perempuan luar biasa: Khadijah binti Khuwailid. Ia bukan hanya istri Nabi — tapi juga pengusaha sukses, dermawan, dan pionir perempuan dalam dunia bisnis.

 Siapa Khadijah?

Khadijah adalah seorang janda kaya yang dikenal sebagai “At-Thahirah” (wanita suci). Sebelum menikah dengan Rasulullah ﷺ, ia sudah menjadi pebisnis besar di Makkah, mempekerjakan banyak agen dagang, dan mengelola ekspor-impor barang ke negeri-negeri Syam.

Namun di balik semua kesuksesan duniawinya, Khadijah tetap:

Rendah hati
Dermawan luar biasa
Berani mengambil keputusan besar Continue reading “Khadijah binti Khuwailid: Inspirasi Wirausaha Muslimah Sepanjang Zaman”

Jempolmu, Cerminan Hatimu: Etika Muslim di Dunia Digital

Di zaman ini, tak butuh panggung untuk didengar. Cukup satu unggahan, dan ribuan bahkan jutaan orang bisa melihat isi pikiran kita. Media sosial telah menjadi ladang baru — bisa jadi ladang pahala, bisa pula jadi ladang dosa. Tinggal bagaimana kita menggunakannya.

Sebagai seorang Muslim, setiap ucapan kita — bahkan yang hanya berupa status atau komentar — akan dimintai pertanggungjawaban.

“Tidaklah suatu kata diucapkan, melainkan ada malaikat yang mengawasi dan mencatat.”
(QS. Qaf: 18)

 Media Sosial dalam Timbangan Islam

Islam datang untuk mengatur akhlak, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Kini, “berkata” tidak hanya lewat lisan. Jempol pun bisa “berbicara”. Maka, setiap ketikan kita adalah bagian dari tanggung jawab iman. Continue reading “Jempolmu, Cerminan Hatimu: Etika Muslim di Dunia Digital”

Ka’ab bin Malik: Jujur Saat Semua Orang Memilih Alasan

Dalam sejarah Islam, ada momen yang menyayat dan menggetarkan sekaligus: saat kaum Muslimin kembali dari Perang Tabuk, dan tiga orang yang tak ikut perang harus menghadap Rasulullah ﷺ. Salah satunya adalah Ka’ab bin Malik.

Ia tidak berangkat perang — bukan karena malas, bukan karena munafik, tapi karena menunda-nunda hingga akhirnya kesempatan itu berlalu. Lalu saat tiba waktunya mempertanggungjawabkan, Ka’ab memilih berkata jujur, meski seluruh kaum munafik berlindung di balik kebohongan.

“Wahai Rasulullah, demi Allah, andai aku duduk di hadapan selain engkau, niscaya aku bisa mencari-cari alasan. Tapi aku tahu, bila aku dusta kepadamu, Allah akan murka padaku.”

Dan akibat kejujurannya, Ka’ab diboikot oleh masyarakat selama 50 hari. Tak ada yang menyapanya, bahkan Rasul pun tidak menjawab salamnya. Tapi Ka’ab tetap teguh dalam kejujuran, walau sakit dan sepi menyiksanya. Continue reading “Ka’ab bin Malik: Jujur Saat Semua Orang Memilih Alasan”

Jangan Takut Memulai dari Nol: Rezeki Itu Datang dari Proses, Bukan Instan

Sering kali kita ragu memulai usaha karena takut gagal, takut rugi, atau merasa belum punya modal besar. Tapi tahukah kamu? Mayoritas pengusaha sukses hari ini memulai dari nol — bahkan dari minus.

Mereka bukan orang paling kaya, tapi mereka punya tekad yang paling kuat.

Apa yang Bikin Mereka Berhasil?

  1. Berani Mulai Kecil
    Jangan menunggu semuanya siap. Mulailah dari yang bisa kamu lakukan sekarang: jualan makanan kecil-kecilan, buka jasa titip, atau produksi barang rumahan. Kuncinya: mulai dulu.

  2. Konsisten Belajar
    Setiap pebisnis pernah gagal. Bedanya, yang sukses belajar dari kegagalan, sementara yang lain menyerah.

  3. Jujur & Amanah
    Rezeki yang berkah datang dari usaha yang jujur. Pelanggan bukan hanya beli barangmu, tapi juga percaya padamu.

  4. Berpikir Jangka Panjang
    Jangan tergiur untung cepat. Fokuslah membangun reputasi, relasi, dan nilai tambah yang akan bertahan lama.

Continue reading “Jangan Takut Memulai dari Nol: Rezeki Itu Datang dari Proses, Bukan Instan”

Dari Pesantren, Menembus Dunia dengan Bahasa

Di ruangan sederhana berlantai keramik,
bertemu sekelompok santri dengan buku, kertas, dan semangat belajar.
Tidak ada proyektor canggih,
tidak pula AC berpendingin udara —
yang ada hanya tekad, pena, dan guru yang sabar membimbing.

“Good morning, what did you learn yesterday?”
sang ustadzah membuka kelas dengan senyum.

Satu per satu santri menjawab.
Terkadang ragu, terkadang lancar.
Tapi tak ada yang ditertawakan.
Karena di sini, belajar bukan lomba—tapi perjalanan.


Bahasa Inggris: Jembatan Dunia

Di balik tembok pesantren,
para santri ini sedang membangun jembatan menuju masa depan.
Dengan grammar yang mungkin belum sempurna,
tapi semangat yang tak pernah redup.

Mereka sadar,
bahasa Inggris bukan sekadar pelajaran.
Tapi alat dakwah, alat komunikasi global,
bahkan jembatan menuju ilmu yang lebih luas.


Bicara Dunia Lewat Lidah Santri

Siapa sangka, dari ruang kelas kecil ini,
akan lahir para pendakwah multibahasa,
para pemimpin yang bisa menyampaikan Islam dengan tutur global,
atau bahkan penulis dan pembicara internasional?

Semua dimulai dari sini:
dari selembar kertas, satu kosa kata, dan keberanian untuk mencoba.


Refleksi untuk Kita Semua

Belajar tak mengenal usia.
Bahasa tak mengenal batas.
Dan santri… mereka bukan hanya penjaga tradisi,
tapi juga pejuang masa depan.

Dukung terus proses belajar mereka.
Karena dari pesantren,
dunia bisa mengenal Islam yang damai, cerdas, dan mendunia.

Abu Hanifah: Ulama dan Pengusaha Kain yang Jujur

“Jika engkau berdagang, berdaganglah dengan jujur. Karena Allah bersama orang-orang yang jujur.”
(terinspirasi dari prinsip hidup Imam Abu Hanifah)

Di antara imam mazhab yang dikenal dunia Islam, Abu Hanifah bukan hanya ulama besar.
Ia juga seorang entrepreneur sukses di bidang tekstil—pemilik toko kain di Kufah, Irak.

Namun, yang membuatnya dikenang bukan hanya soal untung dan omzet.
Tapi soal integritas yang tak tergoyahkan.


Antara Ilmu dan Bisnis

Nama aslinya adalah Nu’man bin Tsabit.
Sejak muda, ia sudah berdagang kain sutra dan wol.
Meski sibuk, ia tetap belajar ilmu fikih hingga akhirnya jadi mujtahid besar.

Ia menolak jabatan hakim yang ditawarkan khalifah,
karena khawatir tak bisa berlaku adil di bawah tekanan istana. Continue reading “Abu Hanifah: Ulama dan Pengusaha Kain yang Jujur”

Kelas Menjahit Santri: Menjahit Karakter, Merajut Masa Depan

Di balik deru mesin jahit dan tumpukan benang, para santri kami tengah belajar lebih dari sekadar keterampilan menjahit. Mereka sedang menempa karakter, melatih ketelitian, kesabaran, dan kemandirian yang akan menjadi bekal hidup mereka ke depan.

Kegiatan kelas menjahit ini bukan hanya bertujuan untuk mengenalkan dunia keterampilan kepada santri, tetapi juga sebagai bentuk nyata pendidikan life skill yang Islami. Di ruang sederhana ini, para santri belajar mengenal pola, menyusun potongan kain, dan menyulapnya menjadi pakaian siap pakai. Semua itu dilakukan dengan bimbingan langsung dari para pembina yang sabar dan berpengalaman.

Yang menarik, setiap proses dalam menjahit—dari mengukur, memotong, hingga menyatukan bagian-bagian kain—mengajarkan banyak nilai penting: ketelitian, tanggung jawab, ketekunan, serta kerja sama. Tak jarang, mereka juga saling membantu menyelesaikan pekerjaan yang sulit, membangun semangat kebersamaan dan ukhuwah yang kuat.

Lebih dari sekadar menghasilkan baju, kelas ini mengasah kreativitas dan menumbuhkan semangat wirausaha. Beberapa santri mulai mencoba memproduksi pakaian sederhana untuk kebutuhan pribadi dan bahkan pesanan dari lingkungan pesantren. Ini menjadi bukti bahwa keterampilan menjahit bisa menjadi jalan menuju kemandirian ekonomi bagi santri.

Semoga program ini terus berkembang dan menjadi wasilah untuk mencetak santri yang terampil, mandiri, serta siap berkontribusi bagi umat.

Mari doakan agar setiap benang yang mereka rajut menjadi jalan berkah di masa depan mereka.

Abu Ubaidah bin Al-Jarrah: Pemimpin yang Paling Amanah

“Setiap umat punya orang terpercaya, dan orang terpercaya di antara umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.”
(HR. Bukhari)

Dalam deretan para sahabat Nabi ﷺ, nama Abu Ubaidah bin Al-Jarrah mungkin jarang disebut. Tapi jangan salah — beliau adalah sosok kepercayaan Rasulullah, pemimpin tangguh, dan simbol amanah yang tak tergoyahkan.


 Siapakah Abu Ubaidah?

Namanya adalah ‘Āmir bin Abdillāh bin al-Jarrāḥ, termasuk dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Ia adalah panglima perang yang disegani, namun memiliki kerendahan hati luar biasa. Continue reading “Abu Ubaidah bin Al-Jarrah: Pemimpin yang Paling Amanah”

Kecerdasan Emosional dalam Islam: Bekal Jiwa yang Terlupakan

Di era sekarang, orang berbondong-bondong mengejar kecerdasan intelektual (IQ) dan keahlian teknis. Tapi tahukah kamu? Salah satu kunci keberhasilan dunia–akhirat justru ada pada kecerdasan emosional (EQ) — kemampuan mengelola hati dan memahami emosi, baik diri sendiri maupun orang lain.

Dan Islam telah mengenalkan konsep ini sejak 1400 tahun yang lalu, melalui sosok paling sempurna: Nabi Muhammad ﷺ.


Rasulullah: Sosok EQ Tertinggi

Bayangkan, seorang pemimpin yang:

  • Dilempari batu oleh penduduk Thaif, tapi malah mendoakan mereka.

  • Dicaci oleh kaum Quraisy, namun tetap memanggil mereka dengan lembut.

  • Melihat sahabatnya marah, beliau berkata, “La taghdhob” (Jangan marah) — diulang hingga tiga kali. (HR. Bukhari)

Beliau tak hanya mengajarkan kesabaran, tapi juga memperagakannya setiap hari. Itulah kecerdasan emosional sejati. Continue reading “Kecerdasan Emosional dalam Islam: Bekal Jiwa yang Terlupakan”