Abu Ubaidah bin Al-Jarrah: Pemimpin yang Paling Amanah

“Setiap umat punya orang terpercaya, dan orang terpercaya di antara umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.”
(HR. Bukhari)

Dalam deretan para sahabat Nabi ﷺ, nama Abu Ubaidah bin Al-Jarrah mungkin jarang disebut. Tapi jangan salah — beliau adalah sosok kepercayaan Rasulullah, pemimpin tangguh, dan simbol amanah yang tak tergoyahkan.


 Siapakah Abu Ubaidah?

Namanya adalah ‘Āmir bin Abdillāh bin al-Jarrāḥ, termasuk dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga. Ia adalah panglima perang yang disegani, namun memiliki kerendahan hati luar biasa.


 Karakter Utama: Amanah & Rendah Hati

 Ketika umat Islam hendak memilih pemimpin setelah wafatnya Rasulullah ﷺ, Umar bin Khattab bahkan berkata:

“Andai Abu Ubaidah masih hidup, aku pasti mengangkatnya jadi khalifah.”

 Dalam Perang Yarmuk, saat pasukan Romawi sangat kuat, justru nama Abu Ubaidah yang disebut oleh Umar sebagai penyelamat umat.

 Ketika menjabat sebagai panglima, ia tetap hidup sederhana: tidur beralas tikar, tanpa rumah mewah, tanpa pakaian istimewa. Ketika ditanya kenapa, ia menjawab:

“Cukuplah dunia sekadar untuk mengantarku ke akhirat.”


 Nilai-Nilai yang Bisa Dicontoh:

  • Amanah dalam tugas dan jabatan.

  • Tegas di medan perang, lembut dalam bermasyarakat.

  • Tidak silau dunia, meski punya kekuasaan.

  • Ikhlas dalam setiap pengabdian.


 Refleksi:

Di zaman ketika banyak orang berlomba-lomba menunjukkan citra dan kekuasaan, kisah Abu Ubaidah mengajarkan kita bahwa keteladanan tak perlu diumumkan, cukup dijalani.

Yuk, kita jadikan amanah dan kerendahan hati sebagai pondasi dalam bekerja, berkeluarga, dan bermasyarakat — sebagaimana dicontohkan oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.