Dari Pesantren, Menembus Dunia dengan Bahasa

Di ruangan sederhana berlantai keramik,
bertemu sekelompok santri dengan buku, kertas, dan semangat belajar.
Tidak ada proyektor canggih,
tidak pula AC berpendingin udara —
yang ada hanya tekad, pena, dan guru yang sabar membimbing.

“Good morning, what did you learn yesterday?”
sang ustadzah membuka kelas dengan senyum.

Satu per satu santri menjawab.
Terkadang ragu, terkadang lancar.
Tapi tak ada yang ditertawakan.
Karena di sini, belajar bukan lomba—tapi perjalanan.


Bahasa Inggris: Jembatan Dunia

Di balik tembok pesantren,
para santri ini sedang membangun jembatan menuju masa depan.
Dengan grammar yang mungkin belum sempurna,
tapi semangat yang tak pernah redup.

Mereka sadar,
bahasa Inggris bukan sekadar pelajaran.
Tapi alat dakwah, alat komunikasi global,
bahkan jembatan menuju ilmu yang lebih luas.


Bicara Dunia Lewat Lidah Santri

Siapa sangka, dari ruang kelas kecil ini,
akan lahir para pendakwah multibahasa,
para pemimpin yang bisa menyampaikan Islam dengan tutur global,
atau bahkan penulis dan pembicara internasional?

Semua dimulai dari sini:
dari selembar kertas, satu kosa kata, dan keberanian untuk mencoba.


Refleksi untuk Kita Semua

Belajar tak mengenal usia.
Bahasa tak mengenal batas.
Dan santri… mereka bukan hanya penjaga tradisi,
tapi juga pejuang masa depan.

Dukung terus proses belajar mereka.
Karena dari pesantren,
dunia bisa mengenal Islam yang damai, cerdas, dan mendunia.