Sa’id bin Amir Al-Jumahi: Pemimpin Tanpa Gaji, Hamba yang Zuhud

Pernahkah kamu mendengar nama Sa’id bin Amir Al-Jumahi?
Beliau bukan panglima besar atau pedagang kaya raya. Namun justru dari kesederhanaannya, ia menjadi teladan dalam amanah dan kepemimpinan yang jujur.


 Siapa Sa’id bin Amir?

Ia dulunya adalah orang Quraisy yang menyaksikan penyiksaan terhadap sahabat Khubaib bin Adi. Hatinya terguncang oleh keteguhan iman Khubaib. Sejak itulah benih Islam tumbuh dalam hatinya, hingga akhirnya masuk Islam dan menjadi sahabat setia Nabi ﷺ.


 Gubernur Tanpa Kemewahan

Ketika Umar bin Khattab menjadi khalifah, ia menunjuk Sa’id bin Amir sebagai gubernur Hims (Suriah). Tapi anehnya, rumah sang gubernur kosong, bajunya tambalan, dan perutnya sering lapar. Warga pun mengadu kepada Umar, menyebutkan beberapa “keluhan”:

  1. Ia tidak keluar rumah pagi-pagi.
     Ternyata ia membuat roti sendiri, karena tak ada pelayan.

  2. Kadang ia tak keluar sama sekali.
     Karena hanya punya satu baju, yang harus dicuci dulu sebelum bisa keluar rumah.

  3. Ia sering pingsan.
     Karena dahulu ia menyaksikan penyiksaan Khubaib, dan itu membuatnya trauma setiap kali mengingatnya.

Mendengar penjelasan ini, Umar menangis terharu.


 Karakter Teladan dari Sa’id bin Amir:

  • Zuhud terhadap dunia

  • Amanah dalam jabatan

  • Jujur dan sederhana

  • Menjaga hati dari cinta harta

Ketika ditawari gaji lebih, Sa’id menolak dan berkata:

“Apakah engkau ingin menambah ujian dunia atasku?”


 Pelajaran untuk Kita

 Tidak semua pemimpin haus jabatan dan harta.
 Integritas bukan soal banyak bicara, tapi banyak menahan diri.
 Hati yang bersih menjadikan jabatan sebagai amanah, bukan alat mencari dunia.


 Penutup

Di zaman penuh glamor dan citra, kisah Sa’id bin Amir mengingatkan kita bahwa karakter sejati bersinar tanpa harus dipamerkan. Mari belajar dari beliau untuk membangun integritas — baik dalam kepemimpinan, kerja, atau kehidupan pribadi.