Bukan Hanya Prajurit, Tapi Juga Pemikir Ekonomi
Al-Miqdad bin Amr adalah salah satu sahabat Nabi ﷺ yang pertama memeluk Islam. Ia terkenal karena keberaniannya di medan perang — termasuk dalam Perang Badar, Uhud, dan Khandaq.
Namun tak banyak yang tahu, di balik keberaniannya, Al-Miqdad juga seorang wirausahawan yang cermat dan sederhana. Ia hidup mandiri, tidak menggantungkan diri pada pemberian, dan berdagang untuk mencukupi kebutuhan keluarganya.
Ia dikenal sangat berhati-hati dalam hal pengelolaan harta, bahkan setelah masa kejayaan Islam dan harta ghanimah mengalir deras.
Ketika Dunia Tak Menggoda
Suatu kali, seseorang memberinya hadiah mewah. Tapi Miqdad menolak sambil berkata:
“Aku lebih suka satu dirham yang halal dari hasil tanganku sendiri, daripada seribu dirham yang datang dari jalan yang tidak jelas.”
Ia juga dikenal suka berbagi makanan dan menolong mereka yang membutuhkan, meskipun hartanya tak seberapa. Ia berdagang untuk hidup secukupnya, bukan untuk menumpuk kekayaan.
Dan uniknya lagi, Miqdad sangat suka berternak — ia mengelola hewan ternaknya sendiri dan memerah susunya, meski sudah menjadi sahabat utama Rasulullah.
Pelajaran Entrepreneurial dari Al-Miqdad bin Amr
-
Keseimbangan antara kekuatan fisik dan kecermatan finansial.
Ia prajurit tangguh yang juga teliti dalam urusan harta. -
Bekerja bukan demi kaya, tapi agar tidak bergantung pada manusia.
Ia tidak bergantung pada gaji atau hibah. Ia berdikari. -
Waspada terhadap sumber harta.
Hanya mengambil yang halal, meski itu berarti sedikit.
Penutup: Pedang Tajam, Hati Lembut
Al-Miqdad adalah potret sahabat sejati:
gagah di medan jihad, teliti dalam muamalah, dan rendah hati dalam keseharian.
Dalam dunia modern, ia bisa disebut sebagai wirausahawan tangguh dengan prinsip kuat.
Dan dalam Islam, ia adalah simbol bahwa pejuang sejati bukan hanya yang kuat fisik, tapi juga yang bersih hartanya.