Ketika Hati Menjadi Tenang

“Tafsir Surah Ar-Ra’d Ayat 28”

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Ar-Ra’d: 28)

Dalam kehidupan yang penuh dengan hiruk pikuk dan tekanan, sering kali kita merasa gelisah. Pekerjaan yang menumpuk, masalah yang tak kunjung selesai, atau bahkan rasa sepi yang sulit dijelaskan. Di tengah semua itu, Allah menurunkan satu ayat yang menjadi pelipur lara: Surah Ar-Ra’d ayat 28.

Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan keistimewaan dzikir (mengingat Allah) dalam menenangkan hati orang-orang yang beriman. Dzikir bukan sekadar lisan yang basah menyebut asma Allah, tetapi juga hati yang hadir dan jiwa yang berserah.

Dalam Tafsir Al-Muyassar dijelaskan bahwa ketenangan yang hakiki hanya bisa dirasakan ketika seseorang memiliki hubungan yang dekat dengan Allah. Bukan sekadar tenang karena harta, jabatan, atau pujian manusia, melainkan tenang karena merasa cukup dengan kehadiran Allah dalam hidupnya.

Mengapa Hanya Allah yang Bisa Menenangkan?

Karena Allah adalah sumber segala ketenangan. Dunia ini tak pernah benar-benar sepi dari cobaan. Tapi ketika seseorang yakin bahwa Allah bersamanya, maka segala beban terasa ringan, dan segala ketakutan berubah menjadi harapan.

Ulama lain, seperti Imam Al-Qurthubi, menyebut bahwa ayat ini adalah bukti nyata bahwa iman dan dzikir bukan hanya perkara ibadah, tapi juga kebutuhan jiwa. Hati yang jauh dari Allah akan mudah dihantui kegelisahan, walau secara lahiriah tampak bahagia.

Bagaimana Caranya Menenangkan Hati dengan Dzikir?

  1. Dzikir dengan lisan dan hati – Sebut nama Allah dengan penuh kesadaran. Kalimat-kalimat seperti Subhanallah, Alhamdulillah, La ilaha illallah, dan Allahu Akbar adalah vitamin hati.

  2. Baca Al-Qur’an – Firman Allah adalah pelipur hati yang paling sempurna. Bacalah dengan tadabbur.

  3. Perbanyak sujud dan doa – Saat kita meletakkan kepala di bumi, di situlah hati kita paling dekat dengan langit.

Penutup

Ketenangan bukan milik orang kaya saja, bukan milik mereka yang terlihat sukses dari luar. Tapi milik siapa pun yang hatinya hidup dengan dzikir. Mari jadikan ayat ini sebagai pengingat: Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

Abu Talhah Al-Anshari – Saudagar Dermawan Pemilik Kebun Surga

Kaya Harta, Kaya Iman

Di Madinah, sebelum kedatangan Rasulullah ﷺ, Abu Talhah adalah salah satu pengusaha kebun kurma paling sukses. Ia memiliki banyak lahan, sumur, dan hasil panen terbaik. Salah satu kebunnya yang paling terkenal adalah Bairuha’—sebuah kebun yang terletak tepat di depan Masjid Nabawi, dengan sumur air yang jernih dan pohon-pohon yang lebat.

Bahkan Rasulullah ﷺ sendiri sering masuk ke kebun itu dan meminum air dari sumurnya.

Namun yang paling istimewa dari Abu Talhah bukanlah hartanya—melainkan sikapnya terhadap harta. Continue reading “Abu Talhah Al-Anshari – Saudagar Dermawan Pemilik Kebun Surga”

Sa’id bin Zaid – Laki-laki yang Didoakan Masuk Surga, Bukan karena Terkenal, Tapi karena Istiqamah

Di tengah megahnya nama-nama besar seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali, ada satu sahabat yang jarang disebut, tapi diam-diam namanya ditulis di surga.
Dialah Sa’id bin Zaid رضي الله عنه.

Bukan orator ulung.
Bukan panglima perang.
Bukan pula perawi hadis terbanyak.

Tapi beliau termasuk dari 10 orang yang dijamin masuk surga, karena satu hal penting yang sering kita remehkan:
Kesetiaan pada kebaikan, meski tak ada yang melihat. Continue reading “Sa’id bin Zaid – Laki-laki yang Didoakan Masuk Surga, Bukan karena Terkenal, Tapi karena Istiqamah”

Shuhaib Ar-Rumi — Pebisnis Hijrah yang Menang Dua Kali

Dari Budak Asing Menjadi Saudagar Mekkah

Shuhaib bin Sinan, lebih dikenal sebagai Shuhaib Ar-Rumi, bukan berasal dari bangsa Arab. Ia tumbuh besar di wilayah kekaisaran Romawi, lalu datang ke Makkah sebagai seorang budak. Di tanah Quraisy itulah ia memulai dari nol.

Tapi Shuhaib bukan orang biasa. Ia memiliki ketekunan, semangat, dan akhlak yang tinggi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ia bangkit dari keterpurukan dan menjelma menjadi seorang saudagar sukses. Ia dikenal jujur, cerdas berdagang, dan disegani dalam jaringan ekonomi Quraisy.

Namun, di puncak karier dan kenyamanan hidupnya—datanglah cahaya Islam.

Antara Harta dan Surga

Ketika dakwah Nabi Muhammad ﷺ mulai terdengar di Makkah, Shuhaib termasuk orang yang diam-diam mendekat. Ia tertarik pada ajaran tauhid, dan akhirnya menyatakan keislamannya. Continue reading “Shuhaib Ar-Rumi — Pebisnis Hijrah yang Menang Dua Kali”

Sa’id bin Amir Al-Jumahi: Pemimpin Tanpa Gaji, Hamba yang Zuhud

Pernahkah kamu mendengar nama Sa’id bin Amir Al-Jumahi?
Beliau bukan panglima besar atau pedagang kaya raya. Namun justru dari kesederhanaannya, ia menjadi teladan dalam amanah dan kepemimpinan yang jujur.


 Siapa Sa’id bin Amir?

Ia dulunya adalah orang Quraisy yang menyaksikan penyiksaan terhadap sahabat Khubaib bin Adi. Hatinya terguncang oleh keteguhan iman Khubaib. Sejak itulah benih Islam tumbuh dalam hatinya, hingga akhirnya masuk Islam dan menjadi sahabat setia Nabi ﷺ. Continue reading “Sa’id bin Amir Al-Jumahi: Pemimpin Tanpa Gaji, Hamba yang Zuhud”