Keturunan Nabi, Berjiwa Mandiri
Nafisah binti Al-Hasan adalah cicit Rasulullah ﷺ dari jalur Hasan bin Ali. Ia lahir dari keluarga mulia, namun memilih hidup sederhana, penuh ilmu, dan aktif secara ekonomi dan sosial.
Meski dikenal luas sebagai ahli ibadah dan guru dari para ulama besar seperti Imam Asy-Syafi’i, Nafisah juga tercatat sebagai perempuan mandiri yang aktif dalam kegiatan ekonomi.
Ia mengelola usaha tenun dan sulaman, memberdayakan para perempuan miskin di sekitarnya. Ia membuka pelatihan keterampilan dan membagi hasil keuntungan untuk sedekah, beasiswa, dan membiayai majelis ilmu.
Antara Zikir, Ilmu, dan Bisnis
Nafisah tak memisahkan antara ibadah dan aktivitas ekonomi. Ia berdagang tanpa meninggalkan salat malam. Ia mengatur keuangan tanpa meninggalkan Al-Qur’an. Bahkan sebagian besar hasil usahanya digunakan untuk:
Membiayai pendidikan anak yatim
Menolong janda dan fakir miskin
Mendanai majelis ilmu dan dakwah
Sifat Wirausaha yang Menyatu dengan Ibadah
Nafisah dikenal sangat cermat, jujur, dan memuliakan pelanggan serta rekan usaha. Ia mengajarkan para santri dan perempuan binaannya untuk bekerja dengan niat lillah, bukan hanya untuk penghasilan.
Ia berkata:
“Harta adalah ujian. Tapi jika disalurkan dengan benar, ia bisa menjadi jalan menuju Allah.”
Pelajaran Entrepreneurial dari Nafisah binti Al-Hasan:
-
Perempuan bisa berdagang tanpa meninggalkan peran sebagai pendidik umat.
Nafisah sukses di keduanya: pasar dan majelis ilmu. -
Bisnis bisa jadi wasilah ibadah dan sedekah.
Nafisah tak menyimpan harta, tapi mengalirkannya untuk umat. -
Kemandirian ekonomi bisa menjadi alat pemberdayaan sosial.
Ia membuka peluang kerja bagi perempuan tanpa akses penghasilan.
Penutup: Keteladanan yang Langka
Di zaman sekarang, banyak perempuan ingin kuat secara ekonomi — tapi Nafisah menunjukkan bahwa kekuatan itu akan lebih indah bila disertai iman, ilmu, dan kepedulian.
Nafisah bukan sekadar wirausahawan.
Ia adalah investor akhirat.