Asma’ binti Abu Bakar – Penjahit Mandiri, Pebisnis Tangguh di Tengah Perjuangan
Perempuan Cerdas dan Penuh Strategi
Asma’ binti Abu Bakar adalah putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq dan kakak dari Aisyah radhiyallahu ‘anhuma. Ia dikenal sebagai “Dzatun Nithaqain” (wanita yang memiliki dua ikat pinggang) karena keberaniannya membantu Nabi ﷺ dan ayahnya saat hijrah ke Madinah.
Tapi tak banyak yang tahu: Asma’ juga seorang wanita mandiri yang aktif secara ekonomi. Ia hidup sederhana bersama suaminya, Zubair bin Awwam, seorang pejuang dan sahabat Nabi yang tidak hidup bergelimang harta.
Menjahit, Mengangkut Air, Menyokong Keluarga
Dalam sebuah riwayat, Asma’ bercerita:
“Aku memarut makanan untuk kuda Zubair, membawa air di atas kepala, dan menjahit sendiri pakaian kami. Semua itu kulakukan dengan senang hati.”
Asma’ bukan hanya ibu rumah tangga—ia juga penjahit, pengrajin, dan pekerja keras. Ia menjahit dan menjual hasil tangannya untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya, tanpa mengeluh.
Bahkan ketika suaminya sibuk dalam jihad dan dakwah, Asma’ tetap memilih untuk berdikari secara ekonomi, tanpa bergantung pada orang tua atau orang lain.
Pelajaran Entrepreneurial dari Asma’ binti Abu Bakar:
-
Keterampilan kecil bisa jadi sumber penghasilan besar.
Ia menjahit dan berdagang hasil tangannya sendiri. -
Mandiri adalah bagian dari keberanian.
Meski hidup dalam keterbatasan, ia tidak bergantung kepada orang lain. -
Kerja keras adalah bentuk cinta kepada keluarga.
Ia tidak menuntut, tapi justru membantu perjuangan suaminya.
Penutup: Kewirausahaan yang Menyatu dengan Keteguhan
Asma’ menunjukkan bahwa wirausaha bukan soal modal besar, tapi soal keberanian, kemandirian, dan semangat memberi.
Ia mungkin menjahit dengan tangan,
Tapi hatinya dijahit oleh keikhlasan dan tekad yang luar biasa.