Dari Pedagang ke Ahli Ibadah
Abu Darda’, salah satu sahabat Nabi ﷺ yang terkenal bijak, awalnya dikenal sebagai seorang pedagang sukses di Madinah. Beliau memiliki usaha yang maju dan harta yang cukup banyak. Namun, ada yang membuatnya berbeda dari kebanyakan pebisnis lain: meski bergelut dalam dunia perdagangan, hatinya tidak pernah terpaut pada harta.
Ketika masuk Islam, Abu Darda’ mulai menata ulang prioritas hidupnya. Ia tetap berdagang, tetapi tidak membiarkan urusan dunia membuatnya lalai dari ibadah.
Prinsip Hidup: Dunia di Tangan, Bukan di Hati
Abu Darda’ pernah berkata, “Aku menjadikan perdagangan sebagai aktivitas, tetapi aku tidak ingin hatiku terikat olehnya.” Dari sini lahir prinsip yang kuat: jadikan dunia sebagai sarana, bukan tujuan.
Bagi Abu Darda’, keberhasilan seorang entrepreneur bukan hanya diukur dari besarnya keuntungan, melainkan dari bagaimana ia bisa menjaga hatinya tetap bersih, jujur, dan dekat kepada Allah.
Entrepreneur yang Bijak
Selain berdagang, Abu Darda’ juga dikenal sebagai seorang ulama dan hakim di Damaskus. Kombinasi antara kecerdasan bisnis dan kebijaksanaan dalam ilmu agama membuatnya dihormati banyak orang. Ia membuktikan bahwa seorang muslim bisa menjadi:
-
Pebisnis yang sukses
-
Ulama yang disegani
-
Tokoh masyarakat yang memberi manfaat luas
Pelajaran Entrepreneurial dari Abu Darda’
-
Kekayaan hanyalah alat, bukan tujuan akhir.
-
Kejujuran dalam berdagang lebih penting daripada keuntungan berlipat.
-
Seorang entrepreneur sejati adalah yang mampu menyeimbangkan dunia dan akhirat.