Kisah Ka’ab bin Malik adalah salah satu pelajaran besar tentang kejujuran, kesabaran, dan keteguhan dalam menghadapi ujian. Ia adalah seorang sahabat Nabi ﷺ yang dikenal saleh, penyair, dan pejuang. Namun, suatu peristiwa berat pernah menimpanya saat Perang Tabuk.
Tertinggal dari Pasukan
Ketika Rasulullah ﷺ menyeru kaum Muslimin untuk berangkat ke Tabuk, hampir semua sahabat mempersiapkan diri. Namun, Ka’ab bin Malik menunda-nunda persiapan hingga akhirnya pasukan berangkat, dan ia tertinggal tanpa alasan yang jelas.
Ketika Rasulullah ﷺ kembali dari Tabuk, Ka’ab bin Malik dengan jujur mengakui kesalahannya. Tidak seperti orang munafik yang mencari alasan palsu, ia memilih untuk berkata apa adanya.
Diuji dengan Pemboikotan
Sebagai hukuman, Rasulullah ﷺ memerintahkan agar kaum Muslimin tidak berbicara dengan Ka’ab bin Malik, termasuk dua sahabat lain yang juga tertinggal: Hilal bin Umayyah dan Murarah bin Rabi’.
Selama 50 hari penuh, Ka’ab bin Malik menjalani ujian berat. Tidak ada seorang pun yang menyapanya. Bahkan istrinya diperintahkan menjauh darinya. Meski hatinya hancur, ia tetap sabar, bertahan, dan tidak goyah dari imannya.
Ampunan Allah
Setelah 50 hari, turunlah wahyu yang menyatakan bahwa Allah menerima tobat Ka’ab bin Malik dan kedua sahabatnya. Saat itu, seluruh Madinah bergembira dan mengucapkan selamat kepadanya.
Nilai Keteladanan Ka’ab bin Malik
-
Kejujuran lebih utama daripada mencari alasan palsu.
-
Kesabaran dalam menghadapi ujian membuahkan ampunan Allah.
-
Tobat yang tulus selalu mendapat jalan kembali kepada rahmat-Nya.
Kisah Ka’ab bin Malik adalah teladan bagi siapa saja yang pernah lalai. Bahwa pintu ampunan Allah selalu terbuka, selama kita jujur pada diri sendiri dan bersungguh-sungguh kembali kepada-Nya.