Abu Sufyan bin Al-Harits – Musuh yang Berbalik Menjadi Pembela Nabi

Di awal dakwah Islam, Rasulullah ﷺ menghadapi banyak penentangan, bahkan dari kerabat terdekatnya sendiri. Salah satunya adalah Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul Muthalib, sepupu sekaligus saudara sesusuan Nabi.

Awalnya, ia adalah penentang keras Islam. Ia menggunakan syair-syair pedas untuk menyerang Rasulullah ﷺ dan kaum Muslimin. Namun, takdir Allah membawanya berubah menjadi salah satu sahabat paling setia dan pemberani. Continue reading “Abu Sufyan bin Al-Harits – Musuh yang Berbalik Menjadi Pembela Nabi”

Persaudaraan Sejati: Tafsir QS. Al-Hujurat Ayat 10

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih), dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.”

(QS. Al-Hujurat: 10)

Ayat ini menegaskan bahwa persaudaraan dalam Islam bukan hanya ikatan darah atau nasab, tetapi ikatan iman. Semua mukmin adalah saudara, dan kewajiban kita adalah menjaga ukhuwah tersebut.


Tafsir dan Penjelasan Ulama

Menurut Tafsir Ath-Thabari, persaudaraan iman memiliki kedudukan yang lebih kuat dibandingkan persaudaraan nasab. Karena iman menyatukan hati manusia meskipun berbeda suku, bangsa, atau bahasa.

Ibnu Katsir menjelaskan, ayat ini juga memerintahkan untuk mendamaikan orang-orang mukmin yang berselisih, karena perpecahan akan melemahkan umat, sementara persatuan menghadirkan rahmat Allah. Continue reading “Persaudaraan Sejati: Tafsir QS. Al-Hujurat Ayat 10”

Abu Darda’ – Pebisnis yang Menjadikan Dunia di Tangan, Bukan di Hati

Dari Pedagang ke Ahli Ibadah

Abu Darda’, salah satu sahabat Nabi ﷺ yang terkenal bijak, awalnya dikenal sebagai seorang pedagang sukses di Madinah. Beliau memiliki usaha yang maju dan harta yang cukup banyak. Namun, ada yang membuatnya berbeda dari kebanyakan pebisnis lain: meski bergelut dalam dunia perdagangan, hatinya tidak pernah terpaut pada harta.

Ketika masuk Islam, Abu Darda’ mulai menata ulang prioritas hidupnya. Ia tetap berdagang, tetapi tidak membiarkan urusan dunia membuatnya lalai dari ibadah. Continue reading “Abu Darda’ – Pebisnis yang Menjadikan Dunia di Tangan, Bukan di Hati”

Abdullah bin Rawahah – Penyair yang Menggetarkan Medan Perang

Di antara para sahabat Nabi ﷺ, ada seorang tokoh yang unik. Ia bukan hanya pejuang gagah di medan perang, tapi juga seorang penyair yang lantang membela Islam dengan kata-kata yang menggetarkan hati. Dialah Abdullah bin Rawahah Al-Anshari, salah satu dari tiga panglima Perang Mu’tah.


Penyair yang Membela Nabi

Sebelum Islam, syair Arab sering dipakai untuk meninggikan kabilah atau bahkan menghina musuh. Abdullah bin Rawahah memanfaatkannya dengan cara berbeda. Ia menulis dan melantunkan syair untuk membela Rasulullah ﷺ dari ejekan orang-orang Quraisy.

Syair-syairnya tidak hanya indah, tapi juga penuh makna, membangkitkan semangat kaum Muslimin, dan menenangkan hati Nabi ﷺ. Continue reading “Abdullah bin Rawahah – Penyair yang Menggetarkan Medan Perang”

Doa Tulus untuk Orang Tua: Tafsir QS. Al-Isra’ Ayat 23–24

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’, dan janganlah engkau membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: ‘Wahai Tuhanku, sayangilah mereka sebagaimana mereka telah mendidikku ketika kecil.’”

(QS. Al-Isra’: 23–24)

Ayat ini menegaskan dua hal penting dalam hidup manusia:

  1. Tauhid – tidak menyembah selain Allah.

  2. Birrul walidain – berbakti kepada kedua orang tua.

Kedua hal ini diletakkan berdampingan, menunjukkan betapa tingginya kedudukan orang tua setelah Allah. Continue reading “Doa Tulus untuk Orang Tua: Tafsir QS. Al-Isra’ Ayat 23–24”

Ummu Aiman (Barakah) – Pengasuh Nabi, Perempuan Mandiri, dan Pekerja Keras

Dari Pelayan Hingga Keluarga Nabi

Ummu Aiman, yang bernama asli Barakah, berasal dari Habasyah (Ethiopia). Ia menjadi pelayan keluarga Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Rasulullah ﷺ. Sejak kecil, Nabi berada dalam asuhannya setelah ibunda beliau wafat.

Namun, perjalanan hidupnya tidak hanya berkisar pada urusan mengasuh. Ummu Aiman dikenal sebagai perempuan yang mandiri secara ekonomi. Ia bekerja keras untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, bahkan setelah menikah dan memiliki anak.

Usaha dan Kemandirian

Ummu Aiman menjalankan berbagai pekerjaan untuk menghidupi diri dan keluarganya. Ia memanfaatkan keterampilan rumah tangga seperti membuat makanan, menjahit, dan mengurus kebun. Hasil dari usahanya digunakan untuk mencukupi kebutuhan tanpa harus meminta kepada orang lain.

Kemandiriannya ini membuatnya dihormati para sahabat. Ia tidak hanya mengandalkan sedekah atau bantuan, meski berhak mendapatkannya sebagai orang yang dekat dengan Rasulullah ﷺ. Baginya, bekerja adalah bentuk menjaga kehormatan. Continue reading “Ummu Aiman (Barakah) – Pengasuh Nabi, Perempuan Mandiri, dan Pekerja Keras”

Ummu Waraqah – Hafidzah yang Dirindukan Surga

Di Madinah, ada seorang perempuan yang berbeda dari kebanyakan. Ia bukan hanya dikenal karena ilmunya, tapi juga karena tekadnya untuk berjuang demi agama, baik di medan fisik maupun di medan ilmu.

Dialah Ummu Waraqah binti Abdullah bin Al-Harits.


Keinginan Syahid di Medan Perang

Ketika Rasulullah ﷺ mempersiapkan pasukan untuk Perang Badar, Ummu Waraqah datang kepada beliau dan berkata,
“Izinkan aku ikut, wahai Rasulullah. Aku akan mengobati yang terluka, memberi minum yang haus, dan mudah-mudahan Allah memberiku mati syahid.”

Rasulullah ﷺ tersenyum dan berkata,
“Tinggallah di rumahmu, Allah akan memberimu syahadah.”

Ucapan ini menjadi janji yang kelak benar-benar terwujud. Continue reading “Ummu Waraqah – Hafidzah yang Dirindukan Surga”

Ikhlas: Amal yang Bernilai di Sisi Allah” – Tafsir QS. Al-Bayyinah Ayat 5

“Padahal mereka tidak diperintah kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama, dan menegakkan shalat, serta menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus.”

(QS. Al-Bayyinah: 5)

Ikhlas adalah inti dari semua ibadah. Tanpa ikhlas, amal sebesar apa pun bisa gugur di hadapan Allah. Ayat ini menegaskan bahwa tujuan utama hidup kita adalah beribadah dengan hati yang murni hanya untuk-Nya.

Tafsir dan Penjelasan Ulama

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, “memurnikan ketaatan” berarti menjalankan ibadah hanya untuk mencari ridha Allah, bukan untuk riya (pamer) atau sum’ah (ingin dipuji).

Imam As-Sa’di menambahkan, ikhlas adalah mengosongkan niat dari semua tujuan selain Allah, bahkan tujuan-tujuan yang terlihat baik, seperti popularitas atau keuntungan pribadi.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa shalat dan zakat disebut sebagai dua ibadah pokok yang menjadi tolok ukur kemurnian niat dan ketaatan seseorang. Continue reading “Ikhlas: Amal yang Bernilai di Sisi Allah” – Tafsir QS. Al-Bayyinah Ayat 5”

Salman Al-Farisi – Pencari Kebenaran, Budak yang Menebus Kemerdekaan dengan Kerja Tangan

Dari Persia ke Surga

Salman bukan pedagang biasa. Ia adalah pencari kebenaran sejati. Ia tinggalkan tanah kelahirannya di Persia, berjalan ribuan kilometer demi mencari agama yang lurus. Sampai akhirnya ia dibohongi, dijual sebagai budak, dan tinggal di Yatsrib—yang kelak menjadi Madinah.

Namun nasibnya berubah ketika ia bertemu Rasulullah ﷺ dan masuk Islam.

Tapi kebebasannya belum ia miliki.
Ia masih budak.
Dan ia ingin merdeka—dengan tangannya sendiri.

Continue reading “Salman Al-Farisi – Pencari Kebenaran, Budak yang Menebus Kemerdekaan dengan Kerja Tangan”

Sa’id bin Amir – Gubernur yang Menangis Saat Jadi Pemimpin

Pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab, banyak daerah baru membutuhkan pemimpin. Di antara nama-nama calon pejabat, Umar menunjuk seorang sahabat bernama Sa’id bin Amir untuk menjadi gubernur di wilayah Hims, Suriah.

Namun, yang menarik adalah: Sa’id tidak meminta jabatan itu. Bahkan ia berat menerimanya.

Ia berkata kepada Umar, “Jangan uji aku dengan fitnah dunia, wahai Amirul Mukminin.”

Tetapi Umar bersikeras, karena ia mengenal Sa’id sebagai orang yang jujur, adil, dan amanah. Continue reading “”