“Serahkan pada Allah: Tafsir QS. Ali Imran Ayat 159”

“…Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakal.”

(QS. Ali Imran: 159)

Terkadang kita sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi hasilnya tak seperti yang diharapkan. Di titik inilah tawakal mengambil peran. Bukan berarti berhenti berusaha, tapi menyerahkan hasil kepada Allah dengan penuh keyakinan dan ketenangan.

Ayat ini merupakan arahan langsung kepada Nabi Muhammad ﷺ, agar beliau mengajarkan umatnya tentang keseimbangan antara ikhtiar dan pasrah kepada kehendak Allah.

Makna Tawakal dalam Tafsir

Menurut Tafsir Al-Muyassar, tawakal adalah menyerahkan urusan kepada Allah setelah melakukan sebab-sebabnya. Bukan pasrah tanpa usaha, tapi yakin bahwa keputusan terbaik datang dari Allah.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini juga menegaskan bahwa tawakal adalah bentuk keimanan yang tinggi—karena orang yang bertawakal tahu bahwa kekuatan, hasil, dan keberhasilan semuanya hanya terjadi jika Allah menghendaki. Continue reading ““Serahkan pada Allah: Tafsir QS. Ali Imran Ayat 159””

Suhaib Ar-Rumi – Pebisnis Migran yang Menukar Harta Demi Surga

Dari Kekayaan ke Pengorbanan

Suhaib Ar-Rumi dikenal sebagai sahabat Nabi ﷺ yang berasal dari luar Jazirah Arab—ia berasal dari Romawi, lalu menjadi budak, hingga akhirnya bebas dan sukses menjadi saudagar yang sangat kaya di Mekkah.

Namun, titik balik hidupnya datang saat ia masuk Islam. Ketika hendak hijrah ke Madinah, orang-orang Quraisy menghadangnya dan hendak merampas hartanya.

Apa yang ia lakukan?

Ia berkata, “Aku tinggalkan semua hartaku, asalkan kalian biarkan aku pergi kepada Rasulullah.”

Ia rela meninggalkan seluruh kekayaan hasil usahanya bertahun-tahun, hanya demi iman dan masa depan akhirat. Continue reading “Suhaib Ar-Rumi – Pebisnis Migran yang Menukar Harta Demi Surga”

Tamim Ad-Dari – Penjelajah Kebenaran, Pembawa Cahaya ke Syam

Sebelum masuk Islam, Tamim Ad-Dari adalah seorang Nasrani dari Palestina. Ia gemar menjelajah lautan, menyusuri negeri-negeri jauh untuk mencari kebenaran.

 Tapi pencariannya tak berujung…
Hingga akhirnya ia bertemu dengan cahaya kenabian di Madinah.


 Petualangan yang Membawanya pada Islam

Dalam sebuah pelayaran, Tamim dan rekan-rekannya terdampar di sebuah pulau asing. Di sana mereka bertemu makhluk aneh bernama Al-Jassasah, dan sosok yang terbelenggu yang mengaku sebagai Dajjal.

Kisah ini ia ceritakan langsung kepada Rasulullah ﷺ, dan Nabi membenarkan kisah tersebut di depan para sahabat.
 Inilah salah satu dasar kuat tentang hadis Dajjal yang diriwayatkan dari Tamim. Continue reading “Tamim Ad-Dari – Penjelajah Kebenaran, Pembawa Cahaya ke Syam”

“Syukur Menambah Nikmat: Tafsir QS. Ibrahim Ayat 7”

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih.’”

(QS. Ibrahim: 7)

Ayat ini bukan hanya perintah, tapi juga janji dari Allah. Syukur bukan hanya ibadah hati, tapi kunci bertambahnya nikmat dalam hidup.

Seringkali kita sibuk mengejar hal baru, padahal kita lupa mensyukuri apa yang sudah ada. Kita lupa, cara terbaik menjaga nikmat adalah dengan bersyukur. Continue reading ““Syukur Menambah Nikmat: Tafsir QS. Ibrahim Ayat 7””

Usamah bin Zaid – Jenderal Muda yang Dipilih Langsung oleh Rasulullah ﷺ

Usianya belum genap 20 tahun.
Tapi amanah besar telah diberikan padanya: memimpin pasukan kaum Muslimin untuk menghadapi Romawi.
Bahkan di dalam pasukannya ada tokoh-tokoh besar seperti Abu Bakar dan Umar.

Siapa dia?

Usamah bin Zaid, putra dari Zaid bin Haritsah dan dikenal sebagai “cucu angkat” Rasulullah ﷺ. Continue reading “”

Asma’ binti Abu Bakar – Penjahit Mandiri, Pebisnis Tangguh di Tengah Perjuangan

Perempuan Cerdas dan Penuh Strategi

Asma’ binti Abu Bakar adalah putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq dan kakak dari Aisyah radhiyallahu ‘anhuma. Ia dikenal sebagai “Dzatun Nithaqain” (wanita yang memiliki dua ikat pinggang) karena keberaniannya membantu Nabi ﷺ dan ayahnya saat hijrah ke Madinah.

Tapi tak banyak yang tahu: Asma’ juga seorang wanita mandiri yang aktif secara ekonomi. Ia hidup sederhana bersama suaminya, Zubair bin Awwam, seorang pejuang dan sahabat Nabi yang tidak hidup bergelimang harta.

Menjahit, Mengangkut Air, Menyokong Keluarga

Dalam sebuah riwayat, Asma’ bercerita:

“Aku memarut makanan untuk kuda Zubair, membawa air di atas kepala, dan menjahit sendiri pakaian kami. Semua itu kulakukan dengan senang hati.”

Asma’ bukan hanya ibu rumah tangga—ia juga penjahit, pengrajin, dan pekerja keras. Ia menjahit dan menjual hasil tangannya untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya, tanpa mengeluh.

Bahkan ketika suaminya sibuk dalam jihad dan dakwah, Asma’ tetap memilih untuk berdikari secara ekonomi, tanpa bergantung pada orang tua atau orang lain. Continue reading “”

Di Balik Ujian, Ada Janji Allah: Tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 155–157

“Dan sungguh, Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar…”

(QS. Al-Baqarah: 155)

Tidak ada manusia yang luput dari ujian. Bahkan para nabi pun mengalaminya. Tapi Allah tidak menguji untuk menyiksa, melainkan untuk menguji keimanan, menguatkan hati, dan meninggikan derajat.

Ayat ini memberi gambaran bahwa ujian adalah bagian dari kehidupan, dan Allah sendiri yang telah menyampaikannya sejak awal. Continue reading “Di Balik Ujian, Ada Janji Allah: Tafsir QS. Al-Baqarah Ayat 155–157”

Abu Dujanah – Singa Perang dengan Sorban Merah

Perang Uhud.
Panah berterbangan. Pedang saling beradu. Debu dan darah memenuhi udara.

Tiba-tiba, seseorang melangkah dengan tenang, mengikatkan sorban merah di kepalanya.
Semua sahabat tahu: jika Abu Dujanah sudah mengikat sorban merahnya, itu tanda “tidak akan mundur kecuali menang atau mati syahid.”


 Pedang dari Rasulullah ﷺ

Sebelum perang dimulai, Nabi ﷺ menawarkan pedangnya dan bertanya:

“Siapa yang akan mengambil pedang ini dan menunaikan haknya?”

Banyak sahabat berdiri. Tapi Nabi diam.
Hingga Abu Dujanah bangkit dan berkata:
“Aku akan menunaikan haknya, wahai Rasulullah.”

Nabi pun menyerahkan pedang itu kepadanya.

Dan benar saja—dengan pedang itu, Abu Dujanah menembus barisan musuh, melindungi Nabi ﷺ, dan bertempur seperti singa lapar yang menjaga pemimpinnya. Continue reading “Abu Dujanah – Singa Perang dengan Sorban Merah”

Masruq bin Al-Ajda’ – Pedagang Zuhud, Wirausahawan Jujur dari Kalangan Tabi’in

Ilmu Tinggi, Hati Rendah

Masruq bin Al-Ajda’ bukan sahabat Nabi, tapi ia belajar langsung dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dan para sahabat besar. Ia dikenal sebagai ahli ibadah, ulama besar, dan pengusaha kecil yang hidup sangat bersahaja.

Meski memiliki ilmu tinggi dan dihormati khalifah, Masruq menolak hidup dari pemberian negara. Ia lebih memilih berdagang kecil-kecilan—menjual bahan makanan, barang sederhana, atau hasil kerajinan—daripada menerima tunjangan yang tidak ia usahakan sendiri.

Dalam satu riwayat, ia berkata:

“Aku benci jika satu dirham datang kepadaku tanpa aku tahu dari mana asal dan ke mana perginya.”

Pedagang yang Menolak “Gaji Tetap”

Khalifah pernah menawarkan gaji rutin sebagai bentuk penghormatan. Tapi Masruq menolaknya dan berkata:

“Apakah engkau ingin menutup pintu rezekiku dari Allah, lalu menggantinya dengan pintu dari manusia?”

Ia tetap berdagang dengan jujur, sederhana, dan cukup. Ia berdiri sendiri secara ekonomi agar bisa menjaga kemerdekaan dalam berdakwah dan menyampaikan kebenaran.

 Pelajaran Entrepreneurial dari Masruq bin Al-Ajda’:

  1. Bisnis kecil dengan integritas lebih baik daripada harta besar tanpa arah.
    Masruq hidup dari sedikit, tapi cukup dan halal.

  2. Transparansi dan ketelitian adalah bagian dari iman.
    Ia selalu tahu asal dan tujuan dari setiap uang yang ia miliki.

  3. Mandiri secara ekonomi berarti merdeka dalam prinsip.
    Ia bisa menolak tekanan politik karena tidak bergantung pada siapapun.


 Penutup: Dagang Bukan Sekadar Cari Untung

Masruq mengajarkan kita bahwa berdagang bukan hanya urusan jual beli, tapi juga media menjaga harga diri, kehormatan, dan konsistensi hidup dalam jalan kebenaran.

Ia tidak memiliki toko besar, tapi ia berdagang dengan keyakinan yang besar.
Itulah entrepreneur sejati — yang jiwanya tidak tergadai oleh dunia.

Hidup Itu Sementara: Tafsir QS. Al-Hadid Ayat 20

“Ketahuilah, bahwa kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurau, perhiasan dan saling berbangga di antara kalian serta berlomba-lomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu melihatnya kuning, lalu hancur menjadi serpihan. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras, dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdaya.”

(QS. Al-Hadid: 20)

Ayat ini adalah teguran lembut sekaligus peringatan keras. Allah menggambarkan dunia dengan sangat jelas: permainan, senda gurau, hiasan, ajang pamer, dan perlombaan—semuanya fana, semuanya bisa lenyap. Continue reading “Hidup Itu Sementara: Tafsir QS. Al-Hadid Ayat 20”