Dalam sejarah Islam, ada momen yang menyayat dan menggetarkan sekaligus: saat kaum Muslimin kembali dari Perang Tabuk, dan tiga orang yang tak ikut perang harus menghadap Rasulullah ﷺ. Salah satunya adalah Ka’ab bin Malik.
Ia tidak berangkat perang — bukan karena malas, bukan karena munafik, tapi karena menunda-nunda hingga akhirnya kesempatan itu berlalu. Lalu saat tiba waktunya mempertanggungjawabkan, Ka’ab memilih berkata jujur, meski seluruh kaum munafik berlindung di balik kebohongan.
“Wahai Rasulullah, demi Allah, andai aku duduk di hadapan selain engkau, niscaya aku bisa mencari-cari alasan. Tapi aku tahu, bila aku dusta kepadamu, Allah akan murka padaku.”
Dan akibat kejujurannya, Ka’ab diboikot oleh masyarakat selama 50 hari. Tak ada yang menyapanya, bahkan Rasul pun tidak menjawab salamnya. Tapi Ka’ab tetap teguh dalam kejujuran, walau sakit dan sepi menyiksanya. Continue reading “Ka’ab bin Malik: Jujur Saat Semua Orang Memilih Alasan”